Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan

Foto Wisata Semester Pertama

Kemarin aku tertanggung harus berbagi pengalaman melalui PPG Prajabatan kepada beberapa orang. Mungkin ada baiknya aku menuliskannya di blog ini. Daripada aku lupa lagi harus menceritakannya. Seingatku, PPG Prajabatan itu dimulai pada tahun 2012 sepulangnya angkatan pertama SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar) tahun 2011. Dan aku sendiri dapat jatah PPG Prajabatan di Maret 2015.


Saat itu aku menjalani PPG Prajabatan selama 1 tahun berasrama. Iya, full berasrama. Dimana hidup di asramanya pun full ditanggung oleh pemerintah. PPG Prajabatan kami saat itu adalah satu paket dengan program SM3T itu tadi. Setelah mengabdi di pelosok Papua, kami kembali ke kota tujuan kampus yang dipilihkan oleh pemerintah sesuai dengan program studi masing-masing.


Syukurnya aku kembali ke program studi pendidikan kimia Universitas Riau. Asrama kami saat itu ada di jalan lobak, Simpang Ardath.

Bagaimana Seleksi PPG Prajabatan?

Tentunya ini beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ya. Jadi PPG Prajabatan itu ada waktu rekrutment nya. Biasanya untuk freshgraduate. Silakan cek sendiri di website nya ya. Kalau kami dulu itu PPG SM3T namanya. Kalau sekarang udah gak ada program SM3T ya. Dulu juga ada namanya PPG SMK Kolaboratif, PPG PGSD Berasrama, dan PPG Basic Sains. Kalau sekarang cek update nya di wesbite yang sudah aku kasih di atas. PPG ini sendiri adalah untuk profesi guru. Kalau dosen lain lagi sertifikasinya. Buat yang mau jadi guru, worth it banget untuk ikut PPG Prajabatan ini.

Bagaimana Kehidupan Berasrama?

Untuk kehidupan berasrama nya ada aturan. Juga ada kegiatan pengembangan diri lainnya yang harus diikuti dan diatur oleh pengelola asrama bersama pengurus kelurahan. Kelurahan ini adalah sejenis keorganisasian di dalamnya ada rt dan rw juga untuk mengatur penghuni asrama. Makan dan lainnya juga diatur di asrama. Termasuk bus yang menjemput kami pagi sekali menuju kampus dan kemudian mengantar pulang kembali ke asrama. Kami naik bus. Hehe. Di waktu libur ada study tour nya juga kok. Tenang. Uang saku juga cukup. Enaklah pokoknya tinggal serius belajar.

Bagaimana Pelaksanaan PPG Prajabatannya?

Untuk pelaksanaan PPG nya dulu kami terbagi menjadi dua semester. Dimana semester pertama itu kerjaan kami workshop dan bikin produk pembelajaran. Hari ini bikin produk (perangkat, media, dll) lalu hari esoknya microteacing. Rasanya kenyang banget sama yang namanya bikin produk dan tampil microteaching. Semester dua nya praktik pengajaran lapangan (PPL) di sekolah mitra yang sudah ditentukan oleh kampus.

Apa Saja yang Didapatkan Selama PPG Prajabatan?

Uang kuliah udah dibayarkan langsung ya sama pemerintah. Tinggal kuliah. Fasilitas gratis lainnya yang diperoleh adalah asrama, makan, bus, kegiatan-kegiatan pengembangan diri (Kursus Mahir Dasar Pramuka, Keagamaan, Olahraga rutin dan Penampilan Seni dan kreativitas). Selain itu, kami masih dapat uang saku bulanan. Duh, jujur aku lupa berapa nominalnya saat itu. Cuman ya lumayan banyak menurutku. Cukuplah meski kamu anak rantau beda provinsi.

Bagaimana Keberlanjutan setelah PPG Prajabatan itu?

Setelah PPG tentunya kamu berhak mendapat sertifikat pendidikan alias sudah sertifikasi. Sertifikat ini dapat diuangkan hehe. Maksudnya berisi nominal yang bisa diuangkan dengan syarat-syarat di lapangan yang harus dipenuhi. Apakah itu jaminan jadi PNS? Kalau seseorang yang sudah menerima serdik dijamin langsung PNS sih aku gak bisa bilang ya. Tergantung kondisi. Miniimal serdik milikmu itu sudah merupakan jalur kunci untuk selangkah lebih maju. Aku kasih contoh ya.

Kondisi 1. Kamu memiliki serdik. Lalu ikut seleksi CPNS. Tidak punya saingan. Otomatis kamu lulus CPNS.

Kondisi 2. Kamu memiliki serdik. Di formasi tujuan itu ada saingan. Jika saingan kamu tidak punya serdik, jelas kamu adalah pemenang. Namun, jika saingan kamu memiliki serdik, otomatis ada dua orang yang berhak. Balik lagi ke perangkingan nilai kamu deh.

Semoga menjawab ya pengalaman PPG ini. Jujur dulu aku gak begitu paham gunanya PPG apa. Waktu aku ikut SM3T juga aku gak ada kepikiran nanti bisa PPG dan PNS. Di pikiranku saat itu hanyalah main dan nambah pengalaman. Berpetualang melihat keindahan negeri ini secara gratis. Semangat ya buat kamu yang sedang atau akan PPG Prajabatan. Cerita lainnya tentang PPG Prajabatan ku bisa kalian baca di tagar PPG SM3T ya. 


Sekitar seminggu yang lalu, tepatnya di hari senin (22/5/23), aku dan teman-teman berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pendidik Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wilayah Kerja Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini adalah dalam rangka memenuhi proyek tugas akhir mata kuliah teknologi kinerja dan pengelolaan diklat (TKPD). Di kesempatan ini kami berbagi tentang pemanfaatan media pembelajaran berupa educandy, word wall, dll. Aku juga sempat berbagi sedikit tentang picture book

Dari kemarin aku pengen banget menuliskannya di blog ini. Tapi euh berbagi waktu dan pikirannya lumayan sulit. Hadeh, aku selalu banyak alasan ya. Tapi beneran. Tulisan kali ini sudah terniat begitu proyek akhir mata kuliah ini disusun. Mulai dari rapat awal hingga akhir. Dilanjutkan dengan pelaksanaan di lokasi sasaran.  Ada 6  MI yang ikut kegiatan ini dengan total 36 peserta. Termasuk di dalamnya kepala madrasah. Tempat dilaksanakannya kegiatan ini adalah MI Miftahul Ulum. Kepala Sekolahnya adalah Ibu Siti Nur Muzayatin. Beliau orangnya begitu ramah dan hangat. Aku sebagai orang baru di sini merasa tidak begitu berjarak. Toh juga karena sebenarnya aku sudah terbiasa turun berbagi pengalaman dan ilmu di Kelompok Kerja Guru (KKG) di daerahku. Jadi aku merasa antara ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan saat ini dan duniaku kerjaku sangat menyatu. Klop. Cocok. Pas. Apalagi ya kata yang sesuai untuk mengungkapkan keadaan ini? Hehe. Itu sebabnya aku selalu bersemangat masuk kelas mata kuliah ini. Menurutku ini sih the real of the real dunia kerja. Dan lagi aku bersyukur bisa lanjut kuliah S2 saat ini dimana aku sudah terjun cukup lama di dunia kerja.


Foto momen membagikan buku karyaku ke Ibu Siti Nur Muzayatin


Kembali ke kondisi di lapangan. Kami berangkat dari Surabaya menuju Mojoanyar itu sekitar pukul 06.23 WIB. Tiba di lokasi kegiatan sekitar 07.05 WIB. Tidak begitu lama karena hari masih pagi dan kami melewati tol. Supir kami saat itu adalah Mas Bryan, ketua kelas di S2 Teknologi Pendidikan Unesa angkatan 2022. Orangnya santai dan bisa diandalkan untuk minta bantuan. Peace.

Well, begitu sampai, kami pun beberes dan bersiap-siap. Saat itu, Koordinator Prodi S2 TP Unesa, Pak Andi Mariono hadir bersama Mem Iren, dosen pengampu mata kuliah ini. Di mata kuliah ini beliau mengajar bersama Pak Fajar. Sengaja nih aku tulis nama-nama siapa yang terlibat di dalam kegiatan ini. Buat kenang-kenangan mana tau nanti aku lupa. Eh terlupa karena waktu. Bukan sengaja melupakan.


Foto Pak Andi Mariono dan Mem Irene didampingin Mas Bryan


Sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Mbak Jihan dan Pak Bibiet. Mereka orang-orang hebat dalam bidangnya. Aku kebagian bicara dikit aja sebagai laporan ketua pelaksana di kelompok kami. Cius aku ngomong dikit aja. Takut kalo lama-lama nanti orang bosan. Penyakit paling nyata kalo udan pegang mic adalah lupa melepaskannya.


Foto aku lagi ngomong


Kegiatan berjalan dengan lancar dan baik dari awal hingga akhir. Peserta juga antusias. Hal-hal gini nih yang bikin kita semangat. Ada umpan balik. Ketika kita berbicara atau berbagi, yang mendengarkan juga memberikan respon positif. Ketika berbagi seperti ini, sesungguhnya kami sendiri sedang belajar. Belajar lebih banyak dari para pendengar tentang kondisi di lapangan yang mereka rasakan. Sebagai seorang guru, aku paham banget gimana rasanya. Ada masa dimana kita harus berbicara banyak dan maju ke medan tempur. Ada masanya kita cukup diam di tempat dan menyimak (gaya banget ini bahasaku yak).


Foto suasana kegiatan pelatihan


Yang tak kalah penting dalam suksesnya kegiatan ini adalah tim kelompok ini. Ada Mas Nanda yang udah bikinin video dokumentasi dengan apik dan membuatku senang. Ada Mbak Nana dan Indi yang repot bikin sertifikat dan twibon. Ada Avinda yang disibukkan sama MoA dan IA. Ada Syifa yang ambil kendali keadaan menjadi MC. Ada Bu Heni yang sibuk menghitung total iuran dan pengeluaran. Ada Mbak Ika, Pak Riko, Favian dan Mbak Dwi Kartika.

Harapan pribadiku setelah kegiatan ini, ilmu yang sudah dibagikan bisa dimanfaatkan dan jadi amal jariyah bagi kami. Bisa jadi tabungan pahala untuk masuk surganya Allah. Setidaknya kegiatan ini juga memberikan motivasi untuk terus bertumbuh. Manakala kami mulai malas dan lemah, kegiatan ini mengingatkan kami bahwa kami pernah berusaha sekeras ini. Lalu kami kembali bangkit dan berusaha lagi menyelesaikan apa-apa yang sudah kami mulai. Sekian catatan menjelang akhir bulan. Terimakasih kerjasamanya, teman-teman

 

Di kamar asramaku.

Surabaya, 30 Mei 2023


Foto full tim kelompok Mojokerto



Baca juga berita kegiatan ini di sini Pelatihan di Mojokerto bersama Mahasiswa S2 TP Unesa 2022 

Nonton video nya di Jendela Unesa menit 05.34



 

        




   Foto di depan Monkasel pada malam hari

Monkasel, begitu biasa orang-orang menyebutnya. Awalnya sih aku bertanya-tanya apa itu Monkasel. Rupanya itu singkatan dari Monumen Kapal Selam. Salah satu tempat tujuan pelancong jika berkunjung ke Surabaya.

Beberapa waktu lalu sekitar akhir Desember 2022, aku berkesempatan mengunjungi Monkasel di malam hari. Sebenarnya niat pergi jalan keluar itu hanya mengelilingi Surabaya. Pas lewat depan Monkasel akhirnya kubilang sama temanku untuk mampir.

Setelah memarkirkan motor, kami nanya dong ke penjaga apakah bisa mengunjungi Monkasel pada malam hari. Ternyata bisa. Monkasel tutup pukul 21.00 Wib. Saat itu kami datang sebelum pukul 19.00 Wib. Beli tiket. Harga tiket hanya Rp.10.000. Lalu berburu masuk Monkasel. Sama petugasnya diarahkan untuk menonton Diorama terlebih dahulu. Kami pun menonton.

Diorama itu sejenis pemutaran film dokumenter tentang sejarah kapal selam Indonesia dan upaya penyelamatan bangsa. Kami jadi tahu tentang beratnya tugas abdi negara dengan motto nya tabah sampai akhir itu.

Pemutaran film dilakukan sekitar 15 menit. Setelah itu, barulah kami masuk ke dalam Monkasel yang sudah tampak gagahnya dari luar. Selain kami, ada beberapa pengunjung lainnya yang masuk Monkasel. Mereka terlihat seperti rombongan keluarga. 

 

Foto menonton Diorama

        Di dalam Monkasel sudah siap petugas yang ramah untuk menjelaskan tentang Monkasel. Petugasnya juga ramah dalam hal menawarkan dirinya untuk mengambilkan foto para pengunjung. Menurutku pelayanan Monkasel oke. Jadi tertarik untuk membawa anak-anak studi lapangan ke Monkasel. Tapi kejauhan dan kemahalan ya. Hehe. Tapi mana tau ada sponsor gitu untuk memberikan pengalaman baru ke anak-anak pulau.

Di dalam Monkasel, kami berkeliling melihat kenyataan. Ternyata serumit itu alat-alat yang ada di sebuah kapal selam. Pipa, mesin, lorong. Kami juga melihat tempat tidur para abdi negara. Di dalamnya juga ada galeri para pimpinan angkatan laut saat itu. 


Foto di dalam Monkasel dan dijepret oleh petugas

                Melalui kunjungan ini kami jadi belajar, tak ada satu pun hidup yang tidak dipertaruhkan. Meski di luar terlihat gagah dan keren, resiko dan sakit yang kita rasakan, hanya kita sendiri yang tahu. Tak lupa pula foto-foto di sekitaran Kali Mas yang indah dengan lampu-lampu di malam hari. Posisinya tepat di sebelah pagar Monkasel. 

              Kalau ke Surabaya, kapan-kapan mampir ke Monkasel ya. Dapat wisatanya, dapat ilmunya. Malam hari juga oke banget.

 

Beberapa waktu yang lalu aku berkesempatan jalan ke Urung, Kundur Utara. Rencananya kami hanya mengunjungi Fajriah, temanku dari Aceh yang dapat tugas di sana. Selama di Kundur, kami belum banyak mengunjungi tempat-tempat lain selain di Tanjung Batu Kota.

Perjalanan kami tempuh menggunakan motor dengan waktu sekitar tiga puluh menit. Sesampainya di tempat Fajriah, aku dan Ana sempat ngobrol-ngobrol ringan dan lepas kangen. Setelah itu kami berjalan mengunjungi sekolahnya Fajriah yang letaknya tak jauh dari pelabuhan Urung. Aku terpesona sama sekolahnya. Wajar jika sekolah ini mendapat peringkat sekolah sehat nomor 2 nasional pada tahun 2017.

Semua unsur sekolah ada di sekolah itu. Lengkap. Ruang kelas, majelis guru, toilet, perpustakaan, musholla, taman, kantin dan kebun. Warna cat sekolahnya meriah dan mewakili perasaan gembira. Orang yang masuk ke sekolah itu pun menjadi ceria dan bahagia. Sekolah ini menurutku sangat inspiratif dan motivatif. Aku berusaha merekam setiap sudut di sekolah ini di dalam memori otakku dan juga memori handphone. Berkali-kali aku mengatakan pada diri sendiri bahwa aku bisa mengadaptasi semua hal baik dari sekolah ini untuk diterapkan di sekolahku.

Berikut ini beberapa gambar yang sempat aku abadikan selama mengunjungi sekolah tersebut.
Penampakan dari ketika pertama masuk


Lorong kelas. Di setiap tiang kelas ditempelin asma ulhusna, dilengkapi wastafel, Dinding-dinding luar dihiasi gambar-gambar motivasi dan kutipan bermakna. Ada tong sampah dan bunganya juga.



 Pojok baca di depan musholla

Pojok baca yang membuat siswa semakin semangat membaca 


Cuman bisa jepret isi perpustakaan dari luar jendela



Doa sebelum wudhu

Doa setelah wudhu

 Kata-kata motivatif di sekitaran kantin



 Kata-kata motivasi menuntut ilmu di dinding luar kelas

 Peta kecamatan di sekitaran Kabupaten Karimun

 Kebun Sekolah


Taman Sekolah

 Jalan menuju ke sekolah, cukup melelahkan jika harus turun ke bawah


Well, itu ajah deh foto-foto yang berhasil diupload. Tak sabar nak upload semuanya. Tak sabar menghadapi jaringan. Hehe. Semoga bermanfaat. Adaptasi yang baik-baik dari sekolah kawan.

Foto waktu nungguin kereta di stasiun pasar senin hendak menuju Jogja

Iseng-iseng aku buka file foto-foto perjalanan yang pernah aku lalui. Alhamdulillah, kesempatan demi kesempatan untuk mengunjungi tanah orang dapat terwujud dengan cara-cara yang tak terduga. Semuanya adalah kesyukuran maha agung dari sang maha berkehendak. 

Setiap perjalanan tentunya menghadirkan cerita dan hikmah tersendiri. Lalu, apa sesungguhnya yang ingin kau dapatkan dari sebuah perjalanan? Pendapat kita mungkin akan berbeda. Jika boleh aku berpendapat dan nantinya kemudian ada kesamaan, itu artinya ada orang lain selain diriku yang berperasaan sama. Baiklah, silahkan simak perasaanku berikut ini.

1. Liburan
Ini adalah alasan utama yang biasanya kulakukan jika melakukan suatu perjalanan. Dunia kerja dan kehidupan yang begitu menguras energi, membuatku membutuhkan energi baru untuk kembali beraktivitas normal sebagaimana biasanya. Suasana baru yang akan membuat hati dan pikiran menjadi lebih baik. Belum lagi jika di-list satu per satu permasalahan hidup yang kualami. Rasanya dedek lelah, Bang. Hahah. Perlu banget liburan.

Untuk yang ini, benar-benar harus menyiapkan budget khusus dan perhitungan yang matang agar perjalanannya menyenangkan dan memuaskan. Diperkirakan lama perjalanan dan tempat-tempat yang akan dikunjungi sesuai budget. Ini enaknya nabung jauh-jauh hari agar perjalanannya puas dan ketika mengeluarkan uangnya enakan. Apalagi kalau dalam jumlah yang besar.

2. Sekalian kerja
Mungkin ada banyak pekerja yang bakal setuju dengan hal ini. Kalau harus menunggu waktu libur, mungkin akan susah. Apalagi kalau harus menentukan jadwal kosong yang sama sekeluarga. Harus direncanakan matang-matang dan jauh hari. Nah, kalau sekalian kerja, kadangkala asyik dan cukup memuaskan. Seperti pengalaman aku selama mengabdi di pelosok Papua. Ini adalah perjalanan yang berbeda dan sulit untuk kulupakan. Dimana pekerjaan menjadi begitu ringan karena sangat menikmati. Bisa mengunjungi kampung-kampung di pelosok yang biasanya hanya bisa dilihat melalui layar televisi melalui program adventure atau kalau enggak ya karena ada kejadian mengerikan di daerah tersebut. Tentu saja ini harus pandai-pandai mencuri-curi waktu luangnya agar tugas utama dalam rangka kerja tetap berjalan dengan baik. Gak perlu budget khusus karena sekalian kerja. Sediakan budget secukupnya.

3. Pulang kampung
Nah, kalau yang ini biasanya kalau liburan atau lebaran tiba. Kalau yang gak punya kampung tentunya gak enak banget ya. Mana ada pulang kota. Heheh. Kalau aku biasanya pulang kampung ini kalau udah kepalang rindu berat sama rumah. Terutama mama dan papa. Yaudah, aku mah nekat aja ninggalin pekerjaan kalau kira-kira pekerjaannya bisa diatasi oleh orang lain. Suka keluar egoisnya pas di sini. Tapi kalau kampungnya jauh dari tempat kerja kan gak mungkin juga yak bisa kayak gini.

Pulang kampung sekalian refreshing. Kalau di dekat kampung kamu ada tempat wisatanya lebih enak lagi tuh. Uhh, bisa pulkam dan main-main. Cuci mata, cuci otak dan cuci hati. Heheh.

That’s all i think about what a reason someone to do a journey. Bagaimana menurut kamu? Sama gak? Aku lagi kangen nih melakukan perjalanan. Makanya aku bikin tulisan ini. Kalau kamu punya alasan lain, bantu aku tulis di komen ya biar tulisan ini bisa lebih lengkap dan aku bisa punya alasan lain mengapa aku harus melakukan sebuah perjalanan.

Barangkali ini pengalaman pertama aku naik kereta api dalam waktu yang cukup lama. Bermalam di dalamnya meskipun ini bukan kali pertama aku naik kereta api. Niat ini akhirnya kesampaian meski dengan persiapan mendadak. Ceritanya hari itu aku sedang berada di Jakarta untuk mengikuti pelatihan dan sudah mendapatkan tiket kepulangan pada hari ahad siang. Keinginan itu tercetus dalam sekejap dan spontan langsung me-reschedule jadwal kepulangan dengan menghubungi call center Garuda.

Akhirnya, kepulangan itu pun ditunda. Ahad keluar dari hotel dan mencari kos-kosan di sekitar Monas karena hari itu masih ingin berjalan-jalan di sekitar Jakarta. Pulang jalan-jalan udah malam. Jam setengah 12 malam baru dapat tiket kereta buat ke Jogja besoknya. Kami belinya di Indomaret.

Kami berangat bertiga. Ada aku, Kak Anggi dan Nur. Kami bertiga tidak tahu dimana posisi Stasiun Kereta Pasar Senin (PSE), tempat dimana kami harus naik. Sebenarnya lebih dekat naik dari Stasiun Gambir. Tapi tiketnya eksekutif semua. Sementara kami kan backpaker-an. Jadi harus irit-irit dan kami pun naik kereta bisnis.

Dari kos-kosan ke PSE kami naik GrabCar dan hanya bayar 14 ribu. Trus dapat bapak pemilik mobil yang ramah dan rapi lagi. Setibanya di PSE, kami mencari makan terlebih dahulu. Kami pun memutuskan makan ketoprak di depan pintu masuk PSE dan tak lupa juga membungkus nasi goreng buat makan malam di dalam kereta.
Ini mungkin backpakeran rempong ya. Bawa ransel yang berat dan juga koper. Teringat waktu backpaker keliling Bali dan Malang dengan membawa koper-koper besar sepulang dari Papua. Heheh.
Begitu memasuki stasiun, ada banyak porter yang menawarkan jasa. Kami menolak untuk dibantu karena kami bisa mengatasinya sendiri. Padahal ngirit dana. Heheh. Celingak-celinguk dan tanya sana-sini sama orang-orang yang lewat. Ah, rupanya kami yang katro. Di dalam stasiun itu udah ada check-in center. Jadi kita bisa langsung print tiket disana. Pokoknya gak susah deh. Terlintas dalam hati, “Wah, keren ya stasiun di sini. Rapi dan tertata.”
Check in center di PSE

Karena waktunya udah mepet, kami buru-buru masuk dalam antrian masuk meski saat itu petugas memanggil-manggil penumpang ketera Majapahit. Kami tetap masuk dalam antrian dengan koper-koper rempong itu. Aku mengeluarkan ktp karena kulihat orang di depan menyodorkan tiket disertai ktp kepada petugas. Tiba-tiba ktp ku jatuh keluar pagar antrian. Untung seorang bapak membantuku mengambil ktp itu. Pas giliranku, petugasnya bilang, “Penumpang Majapahit, Buk. Kalo kereta senja utama Jogja masuk jam 6.”

Aku melirik Kak Anggi dan Nur yang di belakangku. Kami terpaksa mundur dan nunggu di pinggir. Heheh. Lucu lah. Nyerobot masuk. Kupikir naik kereta ini harus nunggu satu jam ato 2 jam di ruang tunggu seperti naik pesawat. Rupanya, paling tidak setengah jam sebelum jadwal keberangkatan baru bisa masuk ruang tunggu. Tapi kalau jarak dari tempat kamu ke stasiun cukup jauh, mungkin itu perlu dipertimbangkan.

Beberapa menit menunggu di luar, akhirnya giliran kami pun tiba. Kami masuk ke ruang tunggu dan menunggu beberapa menit, kereta pun datang. Saat itu aku melhat jam dengan jelas, keberangkatan dijadwal adalah jam 19.00 dan pas banget di jam itu kereta pun berangkat. Ingat ya, pelajarannya. Kereta api itu berangkat ontime. Jadi kalau kamu telat bakal ditinggal. Perjalanan menuju Jogja ditempuh sekitar 8 Jam. Hari itu kami nyampe jam setengah empat subuh. Begitu kami tiba di Stasiun Tugu Jogja, adzan subuh pun berkumandang. Berhubung kami menunggu jemputan, kami pun memutuskan shalat subuh di rumah tujuan kami saja. Stasiun pagi itu sudah rame. Rasa-rasa suasana mudik lebaran dan liburan.

Kutoarjo

Sekarang aku sedang berada di dalam kereta api. Pas banget sedang berhenti di Stasiun Kutoarjo. Kali ini kami sengaja mengambil kelas ekonomi. Berhubung persediaan uang semakin menipis. Hahah. Gayanya ala backpaker tapi alhamdulillah rezeki dari allah, backpakernya hanya sebagian. Ya, sebagian. Beberapa tempat yang kami kunjungi dibantu oleh sodaranya Nur dan juga Mbak Ana beserta keluarganya. Aku akan ceritakan satu per satu perjalananku selama mengunjungi Jogja dan sekitarnya.

Sebenernya aku gak terlalu fokus dan niatan buat nulis malam ini. sebenar-benarnya keadaan, aku itu ngantuk lho. Berat plus laper juga. Tapi apalah daya, kayaknya aku bakalan jaim malam ini karena di depanku duduk seorang bapak yang usianya kulihat masih segar bugar. Sementara Kak Anggi dan Nur duduk masing-masing di kursi 19a-19b dan 20a-20b. Sesekali kulihat bapak yang duduk di hadapanku dari kaca di samping kursi Kak Anggi. Bapak itu sedang asyik memainkan smartphone-nya. Dari tadi lagi. Kadang tertawa melihat smartphonenya. Bapak itu duduk di 19c-19d sendiri dan aku duduk di 20c-20d sendiri pula. Padalah ya tadinya aku itu duduk deketan dengan Nur.

Eh, terputus tulisannya gegara ada petugas pemeriksaan kereta api. Salah fokus lagi. habis petugasnya cakep kayak artis korea, badannya juga tegap. Aku sempat memperhatikan namanya pas dia udah selesai memeriksa karcis sampai belakang. begitupun petugas pengawalnya. yang muda ya karena ada di hadapanku. Sementara pengawal yang satunya yang berdiri di dekatku aku tak bisa melihat namanya.

Ah, mendadak aku takut melihat bapak yang duduk empat kursi di seberangku. Serem mukanya. Salah fokus lagi. Biasa, rada2 agak takut naik kelas ekonomi. Tapi ya, kelas ekonomi sekarang lebih kurang dengan bisnis, sudah sama-sama menggunakan ac, tapi bedanya hanya tempat duduknya saja. Ekonomi harus berhadap-hadapan kayak yang ditayangkan di film 5 cm. Aku tuh ya mengkhayal kalau-kalau kita duduk sekeluarga di hadap-hadapan berempat sama suami dan anak. Eh, kalau aku ngantuk aku nyandarnya ke suami aja, gak usah ke bantal. hehehe.

Tiba-tiba aku salah fokus lagi karena ada penumpang yang baru naik dan bau badannya menyengat. Eh, mau muntah. aku asal aja nulis apa yang ku rasa.

Bapak di hadapanku semakin asyik dengan smartphonenya. malahan tertawa-tawa gede sekarang. Agaknya ia sedang nonton you tube. Suara musiknya cukup kuat nyampe ke telingaku. Setelah kuperhatikan dengan seksama, bapak itu mirip Ustad Bachtiar Nasir (UBN). Salah fokus lagi deh gw. Tapi beneran. Sempet berpikiran beneran bahwa bapak itu mungkin ada hubungan sodara dengan ustad bachtiar nasir. Tapi rasa-rasanya kok gak mungkin yak. Heheh. No reason for it. Cuman bedanya bapak ini dengan UBN. Postur tubuhnya, si bapak ini rada lebh kecil dan gak segagah UBN deh.

Itu dulu yang bisa aku posting untuk malam ini berhubung aku rada-rada takut menyalakan laptop lama-lama. Besok-besok aku ceritakan legkap perjalanan backpaker ala khawat kece kayak kami ini. Backpaker dengan ransel dan koper besar. Lengkap dah. heheh. Biar kamu tahu, aku ngetik ini diiringi kretek2 dari bawah n atas kereta. Ngeri2 sedap. Resiko dapat gerbong paling akhir di kereta kelas ekonomi.

Catatan aku dari Stasiun Kutoarjo dan sekarang sedang berhenti di Stasiun Kebumen. Ikutin terus cerita perjalanan aku yak.