Pendidikan gizi sejatinya dimulai dari rumah. Orang tua memiliki peran utama dalam membentuk kebiasaan makan anak, mengenalkan pola makan sehat, serta menanamkan kesadaran bahwa makanan bergizi adalah kunci tumbuh kembang yang optimal. Melalui teladan dan pembiasaan sehari-hari, keluarga menjadi sekolah pertama bagi anak dalam memahami pentingnya gizi seimbang.
Dalam kehidupan keluarga modern, tantangan pendidikan gizi semakin besar. Iklan makanan cepat saji, gaya hidup instan, dan kesibukan orang tua sering membuat pemilihan makanan bergizi menjadi hal yang terabaikan. Padahal, anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang cenderung memiliki daya tahan tubuh lebih kuat, kemampuan belajar lebih baik, dan perkembangan mental yang lebih stabil. Di sinilah peran orang tua menjadi penentu: memilih bahan pangan yang bernilai gizi tinggi, mengatur jadwal makan yang teratur, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan dan penuh edukasi.
Namun, keberhasilan program ini tidak dapat hanya bertumpu pada pemerintah. Orang tua tetap menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan pendidikan gizi di rumah. Mereka diharapkan dapat mendampingi anak memahami manfaat dari makanan bergizi, menjaga kebersihan makanan, serta melanjutkan pola makan sehat di luar lingkungan sekolah. Dengan demikian, program makan bergizi gratis tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik anak, tetapi juga memperkuat budaya sadar gizi dalam keluarga.
Harapannya, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan orang tua dapat menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi. Melalui pendidikan gizi yang berkelanjutan dan dukungan terhadap program makan bergizi gratis, Indonesia melangkah lebih pasti menuju masa depan yang sejahtera dan berkeadilan — sejalan dengan semangat SDGs 2030: “No one left behind.”
 
 
