Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan

Sepeda Listrik di Madinah
Naik Sepeda Listrik di Madinah

Madinah membawa rasa haru dan tenang. Kota suci ini seperti punya ritme sendiri—pelan, damai, tapi mengalirkan energi spiritual yang luar biasa. Jika kamu berada di Madinah, rasanya kurang pas jika tidak mencoba naik sepeda listrik di sana. Di sela waktu yang terbatas selama ziarah, aku sempat merasakan pengalaman baru: keliling sekitaran Masjid Nabawi dengan sepeda listrik!


Jujur, awalnya aku nggak merencanakan sama sekali. Tapi saat melihat beberapa orang dengan tenangnya menyusuri jalanan di sekitar masjid menggunakan sepeda listrik, aku langsung berpikir: “Kenapa nggak coba juga?” Ditambah lagi waktu itu aku membawa seorang anak kecil yang terus merengek minta diberi hadiah karena hari itu bertepatan dengan hari kelahirannya. Dia minta hadiahnya adalah naik sepeda keliling Masjid Nabawi. Dari pagi hingga menjelang berangkat ke Mekkah, aku masih hiruk pikuk terkait peminjaman sepeda ini. Pasalnya adalah rekening dengan akses internasional kosong dan lupa diisi. Sementara rekening yang ada uangnya hanyalah rekening untuk akses dalam Indonesia. Di situ aku merasa panik.

Penyewaan Praktis, Tanpa Ribet

Ternyata, di beberapa titik sekitar Masjid Nabawi—terutama dekat area parkir dan trotoar sekitar hotel—tersedia sepeda listrik yang bisa disewa menggunakan aplikasi. Kebetulan tempat sewa sepeda ini ada di bagian depan penginapan kami. Aku tinggal unduh aplikasinya (waktu itu aku pakai Careem Bike). Berikut cara menyewa sepeda listrik tersebut.

1. Unduh Aplikasi Careem BIKE

  • Aplikasi ini tersedia di Google Play Store dan Apple App Store.
  • Pastikan kamu unduh aplikasi Careem BIKE, bukan aplikasi utama Careem untuk ride-hailing.

2. Registrasi Akun

  • Gunakan email dan nomor telepon aktif (nomor luar negeri juga bisa, asal bisa verifikasi).
  • Lengkapi data sesuai petunjuk (nama, metode pembayaran, dll).

3. Pilih Jenis Paket

  • Careem menyediakan beberapa opsi:
    • Single Ride (sekitar 20 menit)
    • Daily Pass
    • Weekly/Monthly Pass
  • Pilih sesuai kebutuhanmu. Untuk wisatawan, single ride atau daily pass paling cocok.

4. Cari Lokasi Sepeda Terdekat

  • Aplikasi akan menampilkan peta lokasi sepeda yang tersedia.
  • Biasanya banyak tersebar di sekitar Masjid Nabawi, terutama dekat hotel-hotel besar.

5. Scan QR Code pada Sepeda

  • Setelah menemukan sepeda, cukup scan QR code yang ada di setang.
  • Sepeda akan otomatis terbuka dan siap digunakan.

 

Cara Peminjaman Sepeda Listrik di Madinah
Cara Peminjaman Sepeda Listrik di Madinah

Hari itu aku kebetulan gak bisa menggunakan no rekeningku karena akses rekeningku tidak internasional. Ketika pendaftaran menggunakan rekening, pendaftaran membutuhkan kode CVV (ada di bagian kartu atm). Aku bolak balik minta tolong ke orang dan money charger karena anak kecil itu terus merengek. Tapi tidak ada yang bisa membantu. Sampai akhirnya ketika sudah pasrah, ada seorang abang-abang yang baru saja memarkir sepedanya.


Aku menyapanya dan menyampaikan maksudku yang dari tadi tidak bisa menyewa sepeda. Aku menawarkan untuk barter uang tunai dan non tunai. Tapi beliau justru memberikan peminjaman gratis selama akses gratis 30 menit nya saja. Beliau berpesan agar kami tidak lebih dari 30 menit karena akan terkena biaya. Alhamdulillah nya lagi hari itu memang sedang promo gratis pemakaian selama 30 menit. Ya rezeki anak kecil itu pikirku. Terima kasih abang-abang yang aku lupa Namanya. Yang pasti beliau masih muda dan berasal dari Jakarta.


Kami pun akhirnya keliling-keliling sekitar 15 menit. Kami sudah cukup senang menggunakan sepeda listrik tersebut meski singkat.


Keliling Ringan Tapi Berkesan

Karena waktuku nggak banyak, aku hanya berkeliling di area sekitar Masjid Nabawi. Tapi rasanya cukup untuk sekadar menikmati suasana Madinah dari sudut yang berbeda. Aku bisa lebih cepat mencapai beberapa titik tanpa harus berjalan jauh, apalagi di cuaca yang cukup panas siang itu.


Sambil mengayuh pelan. Eh, maksudnya, sambil melaju pelan karena ini sepeda listrik, aku menikmati pemandangan dhuha hari itu. Momen singkat, tapi menyenangkan.


Tips Buat Kamu yang Mau Coba Juga

Kalau kamu nanti ke Madinah dan punya waktu terbatas seperti aku, naik sepeda listrik ini bisa jadi pilihan seru dan hemat tenaga. Ini beberapa tips dariku:

  • Unduh aplikasinya sebelum keluar hotel. Ini adalah upaya hemat waktu dan bisa langsung pakai.

  • Gunakan sepeda hanya di area yang diperbolehkan. Biasanya di luar pelataran utama Masjid Nabawi.

  • Jangan lupa top-up saldo atau siapkan metode pembayaran digital. Jangan sampai kejadian seperti apa yang aku alami.

  • Pakai alas kaki yang nyaman dan pakaian yang tidak terlalu longgar agar aman saat berkendara.

  • Pilih waktu yang adem. Seperti pagi atau menjelang maghrib, supaya nggak terlalu panas.

 

Naik sepeda listrik di Madinah mungkin terdengar sepele, tapi bagiku itu jadi pengalaman kecil yang membekas. Di sela ibadah dan ziarah, ada momen istimewa di mana aku bisa merasakan Madinah dengan cara yang berbeda, lebih santai, lebih bebas, tapi tetap penuh rasa syukur.


Kalau kamu punya waktu terbatas di Madinah, tapi tetap ingin menikmati suasana kota dengan cara praktis dan menyenangkan, sepeda listrik ini bisa jadi teman setia.

 

Satu cita-citaku alhamdulillah terwujud di akhir tahun 2024 kemarin. Cita-cita itu adalah umroh. Cita-cita yang muncul di pikiran anak kecil usia sekolah dasar hari itu. Entah darimana asal datangnya cita-cita itu. Secara keluargaku bukan keluarga sangat religius atau keluarga pondokan. Sekolahku juga hanya di sebuah sekolah dasar negeri yang ada di desa. Anehnya setelah dewasa ini aku bersyukur punya cita-cita itu sejak kecil.


Bilamana tetangga, guru, atau sesiapa kudapati kabarnya akan berangkat umroh dan haji, aku akan bersegera mendatanginya dan meminta didoakan agar punya kesempatan pula untuk umroh dan haji. Di samping itu, tak lupa pula aku minta didoakan agar hidupku senantiasa Allah ridhoi. Ketika mengetik tulisan ini aku baru sadar, kok bisa ya waktu kecil dulu aku berpikiran seperti itu? Setelah dewasa baru perlahan kupelajari keistimewaan Madinah dan Mekkah.


Pengorbanan Harta

Meski telah lama memimpikan tanah suci, aku kerap dilanda perasaan bagaiamana cara mewujudkannya. Sampai akhirnya empat hari sebelum oktober beranjak, aku menelepon mama dan mengatakan bahwa libur akhir tahun umroh saja berdua. Tapi cari jadwal yang memang sudah libur di bulan desember dan tidak mengharuskanku mengurus cuti ke dinas - dalam artian aku libur sesuai waktu saja. Jika harus menambah libur dan berurusan dengan dinas, rasanya akan riweh sekali.


Mama dan papa mencarikan info travel, jadwal dan teknis pembayaran. Hari itu juga aku langsung transfer uang muka alias DP untuk keberangkatan. Bismillah. Uang muka sudah dibayar, insyaallah Allah sehatkan dan kami berangkat umroh. Itu saja doaku hari itu. Mama memastikan betul bahwa apakah aku punya uang dan cukup untuk biaya dan hal lain yang diperlukan semasa umroh. 


Saat itu kubilang gapapa. Uang tabunganku memang bisa dibilang pas-pasan. Setelah akhirnya melunasi biaya keberangkatan. saldo rekeningku saja tinggal beberapa ratus ribu (kondisi paling kritis selama aku kerja. Heeh. Tapi aku selalu percaya atas apa yang Allah beri. Nyatanya selama ini seluruh kebutuhan hidupku Allah cukupkan. Bahkan ketika umroh saja, uang yang pas-pas itu cukup untuk jajan cantik dan membelikan oleh-oleh untuk orang terdekat. Alhamdulillah.


Selama pengurusan administrasi, meski diurus jarak jauh, alhamdulillah tidak ada kendala. Aku memang sudah punya paspor, biaya sudah dibayar, keperluan surat vaksin juga sudah, hanya manasik umroh saja yang tidak kuikuti. Berhubung akhirnya keberangkatan kami putuskan lewat Pekanbaru, bukan Batam.


Jadilah ketika libur sekolah dimulai, aku segera pulang ke Pekanbaru. Dari Pulau Kundur ini aku naik speed boat Tenggiri Exspress seperti biasanya aku pulang ke rumah dari tempat tugasku. Perjalanan ditempuh selama lebih kurang empat hingga lima jam. Setibanya di Pelabuhan Mengkapan atau disebut juga Pelabuhan Tanjung Buton, Siak, aku lanjut naik travel selama lebih kurang empat jam juga. Sampai di rumah sekitar waktu ashar atau menjelang magrib. Tergantung banyaknya penumpang dan kemacetan jalanan.


Keberangkatan

Tiga hari berada di rumah, tibalah hari keberangkatan kami. Dari rumah menuju bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru hanya tiga puluh menit. Di bandara para jamaah juga berdatangan. Bandara hari itu rame sekali dengan orang seragaman, seragam travel. Bandara penuh dengan rombongan jamaah umroh. 


Aku duduk bersama rombongan dari travelku yang dari jauh sudah kutandai warna pakaian seragamnya. Mama duduk di sampingku. Sambil menunggu anggota lengkap dan pendamping rombongan kami, aku dan mama berkenalan dengan para jamaah lainnya. 


Ketika pendamping sudah hadir, kami dikumpulkan dan diberi arahan dari orang travelnya. Tak lama kemudian, kami masuk ke ruang tunggu. Papa dan adikku yang ikut mengantar, harus berpisah sementara denganku sampai di ruang tunggu luar. Sementara aku dan mama lanjut masuk ke pemeriksaan internasional. 


Di dalam kami menunggu lagi sekitar satu jam. Meski begitu, aku tak merasa jenuh karena wifi bandara dan colokan sangat oke. Begitu diumumkan pesawat yang akan membawa kami ke tanah suci sudah siap, kami pun berdiri dan terus masuk ke dalam pesawat. 


Ohiya, hari itu aku sedang berpuasa sunnah hari kamis. Sengaja aku tetap melanjutkan puasa dalam perjalanan ini karena ku ingin merasakan perjuangan berlelah-lelah puasa menuju tanah suci. Apakah aku sanggup? Hitung-hitung juga latihan jika kelak diberi kesempatan lagi umroh di bulan ramadan.


Pesawat kami djadwalkan akan transit di Singapura sekitar satu jam. Perjalanan dari Pekanbaru ke Singapura hari itu sekitar satu jam setengah. Setiba di Singapura, transit satu jam itu tidak terasa. Pasalnya berpindah dari satu gate ke gate lainnya, masuk waktu zuhur dan makan siang. Orang-orang pada makan siang dulu karena sudah dibekali sama travelnya. Aku cuman jagaain barang saja.

Trasnit di Singapura
Transit di Singapura

Di Singapura orang-orang langsung berebutan mengisi botol airnya dari keran-keran air yang disediakan oleh pihak bandara Singapura. Enaknya di bandara Singapura begitu, bisa ambil air sepuasnya dari keran-keran umum. Bukan hanya di bandara sih, di masjid dan fasilitas umum lainnya kita gak bakal kesusahan buat minum air putih.


Tak lama, kami dipanggil untuk masuk kembali ke dalam pesawat. Pesawatnya besar sekali. Yang kubayangkan saat itu adalah bagaimana menata diri untuk tetap nyaman selama perjalanan di atas sembilan jam ini. Pengalaman penerbangan terlamaku dulu pernah mencapai tujuh jam. Itu ketika aku berangkat dari Pekanbaru menuju Jayapura, Papua.


Pilot menyampaikan bahwa penerbangan menuju Jeddah akan segera dimulai. Pelan-pelan pesawat beranjak ke atas. Aku menikmati perjalanan dan pemandangan bangunan-bangunan Singapura menghilang tertutup awan. Aku komat kamit berdoa agar Allah berikan kami kesehatan dan kesempatan untuk tetap hidup. Mengingat ada banyak cerita perjalanan umroh yang aku dengar sebelumnya. Aku berdoa masih ingin umroh versi lengkap dengan keluargaku di waktu lain.

Penerbangan menuju Jeddah
Penerbangan menuju Jeddah

Tiba di Madinah

Kami tiba di bandara King Abdul Aziz, Jeddah pukul 21.30 WSA. Ketika mendengar suara pilot sebagaimana video reels instagram, hatiku melompat bahagia, berbunga-bunga. Akhirnya aku bisa mendengar sendiri kalimat pilot, "Selamat datang di bandara King Abdul Aziz, Jeddah." Aku sengaja mempersiapkan alat rekam agar bisa merekam suara pilot tersebut. Ini perjalanan mahal batinku. 


Setibanya di Jeddah, kami keluar melewati antrian panjang imgrasi, sampai akhirnya bertemu dengan akuarium raksasa yang menyambut para pengunjung. Sempat pula berfoto-foto sebentar sambil menunggu arahan pendamping rombongan dan sebagian lain ada yang ke toilet. Setelah itu kami menuju bus yang akan mengantarkan kami ke Madinah. Karena perjalanan Jeddah-Madinah juga masih jauh, akhirnya kami makan malam di dalam bus. 


Aku lupa perkara apa yang kami hadapi di rentang pukul 22.00-00.00 WSA itu hingga akhirnya pukul 00.00 WSA kami baru bisa jalan dari Jeddah menuju Madinah. Selama perjalanan kugunakan untuk tidur sejenak. Selama penerbangan, aku tidak tidur sama sekali sebab aku menunggu jadwal magrib agar bisa berbuka puasa. Lucunya hari itu, semua orang mengatakan aku sudah bisa berbuka, sementara langit di luar masih biru. Itu karena mereka cuman melihat jam mereka yang masih pengaturan Indonesia. Aku berpatokan jika langit mulai jingga dan kemudian gelap, itu baru aku bisa berbuka puasa dan melaksanakan salat magrib sekaligus jamak qashar.


Akhirnya kami tiba di Madinah sekitar dua puluh menit sebelum waktu subuh di sana. Dua puluh menit itu tak sempat apa-apa. Hanya mengantri ambil kunci kamar dan lalu memasukkan koper ke dalam kamar. Kami sempatkan berwudhu dan segera ke masjid. Itu saja kami sudah duduk di bagian terluar dengan suhu hari itu sepuluh derajat. Dingin sekali.


Masyaallah, pertama mendengar azan subuh di Masjid Nabawi hatiku bergetar. Sungguh, aku benaran berada di Madinah, tanah suci umat islam, kampung halaman nabi. Ada getar yang tak bisa kukatakan. Diantara ngiungan laron yang berterbangan, suara azan subuh itu sangat syadu. Ditambah pemandangan langit Madinah yang memang istimewa.

Masjid Nabawi
Di dalam Masjid Nabawi

Seusai salat subuh, mamaku dan rombongan lain mengajak balik ke kamar untuk istirahat. Ada jadwal rombongan yang harus diikuti. Sementara aku belum mau balik ke kamar meski tubuhku cukup lelah. Aku ingin melihat payung Masjid Nabawi terbuka. Aku ingin buat video. Maklumlah korban video reels instagram.


Benar saja, payung masjid terbuka sebelum pukul 07.00 WSA. Masyaallah indah sekali. Ditambah keindahan langit subuh itu yang beranjak naik. Setelah payung terbuka, waktu salat syuruq pun tiba. Aku sempatkan melakukannya dan setelah itu balik ke kamar. Benar saja, selama di Madinah, hanya subuh itu bisa melihat payung terbuka. Selebihnya payung sudah terbuka terus karena musim dingin telah dimulai.

Foto di bawah payung
Setelah payung terbuka

Bersambung ....






Sempena akhir kepengurusan kelurahan BPI Unesa 2.0, beberapa waktu lalu kami pergi mengunjungi Kota Blitar. Ya ceritanya ini refreshing bareng lah. Meski hari-hari refreshing juga. Cuman namanya momen pribadi dengan momen kebersamaan itu beda. Sekalipun kamu sudah pernah mengunjungi tempat atau kota tersebut. Dulu aku diajakin temanku naik kereta api pergi pagi dan balik sore hanya untuk mencoba gelato di sana. 


Kali ini dari Surabaya kita naik Hiace yang dipinjamkan oleh pihak kampus. Baik banget ya pihak kampus memberikan bantuan baik akademik dan non akademik. Total pengurus kelurahan lebih dari 20 orang. Yang pergi hanya sekitar 15 orang saja. Namun itu tidak mengurangi kecerahan hati meski suasana di luar mendung.


Sekitar pukul 07.00 WIB kita berangkat dari Surabaya menuju Blitar. Sekitar pukul 11.00 WIB kita tiba di lingkungan makam dan perpustakaan Bung Karno. Yup. Siapa yang tidak kenal beliau? Bapak Proklamator Indonesia dan presiden pertama Republik Indonesia.

Tugu Bung Karno di tulisan Kota Blitar


Berhubung itu hari ahad, tanggal 25 Februari 2024, hari libur dan tentunya ramai sekali pengunjung. Kita ikutan deh ziarah makam. Duduk sejenak mentafakuri alam kubur diantara peziarah lainnya. Sempat pula menabur bunga. Hikmah yang diperoleh adalah kematian itu sesuatu yang pasti bagi setiap yang bernyawa. Tak peduli dia seorang terkenal, pejabat dan punya posisi hebat, tak peduli pula dia hanya seorang rakyat jelata. Apakah kelak jika tiba ajalnya kita, banyak orang yang mendoakan dan menziarahi kita? Sebuah peer besar yang harus kita persiapkan sejak masih hidup di dunia.



Suasana ziarah makam Bung Karno


Setelah berziarah, kita keluar lewat pintu yang isinya penjual oleh-oleh. Sungguh menggiurkan. Sesekali tutup mata biar tidak kelewatan batas. Eh, pas lihat deretan baju dan rok, sungguh kutak mampu menahan diri. Aku turutin saja nafsuku untuk belanja. Tapi pake syarat dan ketentuan pada diri sendiri hehe. Biasanya kalau tidak diturutin keinginan pada pandangan pertama, aku suka nyesal di kemudian hari. Pun itu hanya untuk yang aku lihat di pandangan pertama. Belinya gak boleh mikir terlalu lama. Untuk pandangan kedua, ketiga dan selanjutnya, aku biasa bisa menahannya karena aku cukup antusias pada hal-hal yang berbau pandangan pertama (asik...asik...lebay).

Keramaian penjual di pintu keluar makam


Parahnya, aku baru sadar ketika keluar komplek ini. Aku sama sekali tidak masuk ke dalam bagian perpustakaannya. Sumpah nyesel. Sebagai fasilitator literasi baca tulis, rasanya ada yang kurang jika ke perpustakaan tapi tidak masuk ke dalamnya. Ampun ya, Allah. Padahal pertama aku udah masuk ke bagian dalam perpustakaan ketika baru tiba. Tapi karena rombongan, aku ya ikut rombongan. Ketika melakukan perjalanan rombongan gini, seluruh sistem tubuhku biasanya sudah pake alarm melupakan keinginan pribadi dan mengikuti rute rombongan. Pun, energi masih belum kembali setelah sakit beberapa hari, jadi aku kurang cheerfull. Ditambah malamnya aku masih flu berat.

Penampakan perpustakaan dari luar


Keluar dari komplek tersebut, kita pergi makan siang ke tempat yang sudah dipesan. Menu makanannya seperti kebanyakan makanan dan berhubung aku bukan vlogger makanan, kesanku ya standar lah ya. Karena makanan dimanapun, tetap masakan mamakku paling enak. Lidah orang Sumatra yang kaya bumbu dan cukup pedas itu membuatku menahan diri untuk tidak berkomentar lebih banyak ketika makan dimanapun. Semenjak sering merantau, aku punya prinsip tidak boleh berkomentar lebih jauh tentang makanan. Jika suka, ambil secukupnya dan makan. Habiskan dan jangan bersisa. Jika ketika dimakan tidak sesuai ekspektasi, makan saja. Kata kakekku,"Nanti nasinya menangis kalau tidak dihabiskan. Jangan sampai kau dihabisi di akhirat karena menyisakan makanan." Jika pengen menyicip semuanya, ambil sedikit-sedikit. Kau yang tau porsi lambungmu.



Makan sudah. Salat sudah. Saatnya melanjutkan perjalanan ke Kampung Cokelat. Belum lama tiba, hujan deras pun turun. Tapi kami masih bisa melihat pohon cokelat di sekitarnya, melihat produksi cokelat dan beli oleh-oleh olahan cokelat. Yang paling menarik sih bisa nyicipin cokelat secara gratis di dua tempat. Sengaja masuk buat nyicip gratis cokelat original nya. Auto meningkatkan hormon endorfin. Ketika membeli oleh-oleh cokelat, anehnya yang terpikir di otakku adalah cokelat-cokelat yang kubeli ini bisa jadi bahan tambahan untuk buat kue lebaran. Padahal sya'ban saja belum berakhir. Perempuan mah gitu ya. Udah nyicil bahan bikin kue lebaran, nyicil beli baju lebaran, nyicil beli ini itu dan tentunya tak lupa mempersiapkan anggaran sedekah ramadan biar hidupnya gak hedon banget. Biar uang beasiswanya gak habis cuman buat foya-foya.

Cokelat asli, bukan sekedar pajangan.

Kurang lengkap kalau tidak narsis.

Bentuk cokelat original yang bisa kamu cicip gratis.

Tempat produksi cokelat 

Salah satu outlet cokelat


Setelah asar, kami kembali menuju Surabaya. Makan malam di sebuah tempat makan di daerah Kediri. Aku gak usah sebut nama tempatnya ya. Yang jelas, aku familiar sama tempatnya. Tempat makan ini punya beberapa cabang. Aku pernah makan juga di cabang Situbondo kalo gak salah. Yang di sana view nya lebih bagus karena laut biru dan anginnya kencang banget. Over all, perjalanannya kasih rating berapa ya? Aku juga bingung sih. Coba lihat saja dari foto-foto yang ada. Nanti kamu saja yang kasih ratingnya yak. Trus rekomendasikan lagi tempat-tempat seru yang kudu didatangi.


Sekian dan siap terima LA BPI selanjutnya ya.

Kelurahan BPI Unesa 2.0 (minus banyak)





 





  


Berhubung di dalam sebuah grup sedang membahas perjalanan Surabaya ke Lombok, jadilah akhirnya draft tertanggal 19 Januari ini kubuka dan kuselesaikan. Hehe. Kadang niat menulis yang naik turun ini perlu suntikan motivasi lagi. Draft di blog ini bahkan banyak sekali. 

Kembali ke niat awal menulis catatan ini. Aku bersama teman-teman kelurahan BPI UNESA melakukan perjalanan wisata sekaligus edukasi dan motivasi lanjut kuliah bersama siswa-siswi di dua sekolah di Lombok dan Mataram. Aku sangat senang kali mendapatkan kesempatan ini seperti ini.


***

Perjalanan dimulai

Sekitar hari ahad, 07 Januari 2024 yang lalu, aku dan beberapa teman melakukan perjalanan kapal laut dari Surabaya ke Lombok. Tujuannya adalah liburan. Kemana saja? Di tulisan selanjutnya lah kalau aku kuat bakal aku ceritakan. Kita berangkat di tanggal tersebut dan tiba di Surabaya lagi tanggal 13 Januari 2024 hari ahad subuh. 


Nah, menurut jadwal kapal yang kalian bisa beli tiket dan jam berangkatnya di DLU Ferry, hari itu seharusnya kami berangkat pukul 16.00 WIB. Tapi akhirnya molor menjadi pukul 19.00 WIB. Kita berangkat dari Pelabuhan Roro Tanjung Perak menggunakan Kapal KM Kirana VII. Bukan di Pelabuhan Surabaya North Quay (SNQ) yang di sebelahnya ya.

Pemesana Tiket Online
Pesan tiket di sini


Waktu itu aku pesan tiketnya ekonomi-tidur mengingat ini perjalanan jauh. Mau ala backpaker murah meriah tapi gak mau capek. Harga tiket 180 ribu dan boarding 30 ribu jadi total 210 ribu per orang.



KM Kirana VII
Di Pelabuhuan Roro Perak

Berhubung ini bukan perjalanan pertamaku naik kapal dalam waktu yang lama, karena daerah tempat tinggalku juga akses laut, aku ngerasa okelah ya. Insyaallah aman mah klo buat aku. Masih pikiran positif gitu. Perginya masih senang-senang banget. Ombak juga pulang pergi aman. Ketika kapal meninggalkan Pelabuhan Perak, kita bakal melewati Jembatan Suramadu yang sensasi malam hari nya spesial menurutku. Alhamdulillah ya udah ngerasain waktu terang dan gelap di Suramadu lewat darat dan laut.

Jembatan Surabamadu
Suramadu malam hari

Kita semua teriak-teriak terpesona lihat keindahannya. Ini memang salah satu keindahan yang ditawarkan ketika naik kapal ya. Bahkan, pihak informasi tak segan-segan mengulang dari speakernya, "Sebentar lagi kita akan menyaksikan keindahan Suramadu. Salah satu objek wisata kebanggaan kita." Kita semua tepuk tangan sambil jepret-jepret keadaan. Mengabadikan lewat foto dan video. Belum lagi pemandangan kapal-kapal dengan lampu-lampu keren di sepanjang pelabuhan ini. Mengingatkanku pada keindahan perbatasan Singapore-Batam.


Masih baru naik kapal kan ya. Masih semangat menggebu-gebu. Malamnya kita duduk di bagian atas kapal yang terbuka. Menikmati angin malam sepanjang perjalanan sembari bercerita dengan teman. Kebetulan malam itu debat capres kedua, jadilah kita nonton bareng lewat youtube (masih ada sinnyal). Pas udah gak ada sinyal, kita masuk ke dalam dan menonton di televisi. Alhamdulillah televisi nya nyala 24 jam sebagai hiburan.

Sambil nonton live debat capres kedua


Oiya, sebelum berangkat, kita udah beli stok makanan dulu. Karena malam itu kita gak langsung dapat jatah makan dari kapal ya. Jatah makan baru diperoleh ketika sarapan pagi dan makan siang.


Itu pun dapat jatah makan pagi nya agak lama. Sejak subuh aku udah naik lagi ke bagian atas kapal menyaksikan sunrise yang masyaallah indahnya. Kalau buat salat nya, ada musholla kecil yang bisa digunakan bergantian ya. Kamar mandi nya juga banyak dan bersih. Aman buat kalian mandi-mandi.


Menyaksikan perubahan lengkap dari matahari belum muncul hingga muncul sempurna dengan cuaca cerah dan segar adalah sebuah pengalaman spiiritual bagiku. Alhamdulillah banget bagian ini nya. Hapeku sampe penuh buat merekam kenaikan matahari. Bagian ini pula kurasa aku udah kayak di kapal-kapal pesiar yang keren banget. Entah apa hubungannya gak tau. Efek suasana hati yang bahagia kayaknya melihat kebesaran Allah.

Sunrise
Sunrise


Ngopi dulu

Kafetaria KM Kirana VII


Aku ga turun ke bawah sejak matahari naik. Aku mau menikmati birunya laut. Aku cek di internet yang mulai ada, posisi kami pagi itu udah ada di sekitar daerah Buleleng, Bali. Aku pesan kopi di kafetaria. Rentang harga minuman dan makanan di kafetaria ya masih kisaran 15 ribuan. Malam nya aku juga sempat beli bakso. Kalau perjalanan begini, ongkos hemat tapi jajanku luar biasa. Pantang lapar dan harus jaga stamina.


Di bagian atas ini ada tempat bermain anak bagi yang membawa anak. Lumayan menghibur sih. Setidaknya angkutan umum ini mulai memperbaiki fasilitas dan memperhatikan kenyaman penumpang. Membuat ramah anak juga salah satu peer besar faslilitas umum di negeri kita ini.

Fasilitas bermain anak : Aku dan Luthfi


Lama kutunggu sarapan tak muncul-muncul. Aku terbiasa sarapan dari jam 06.00-07.00 WIB. Itu sarapan baru ada pukul 08.30 WIB. Lagi-lagi harus stok jajan yang banyak. Pelayan kapal akan mengantar makanan ke tempat masing-masing. Jadi gak perlu antri atau rebutan. Tinggal menunjukkan tiket kapal kamu.


Makanannya lumayan. Ada nasi+lauk+buah+puding+air mineral gelas. Bagi bapak-bapak itu akan sangat kurang banget karena bagiku sendiri itu juga kurang. Hahah. Soal rasa ya telan aja. Namanya juga makanan jatah. 


Dari pagi hingga ke siang dan sore hari semua berjalan apa adanya. Ya duduk lah menunggu di kapal hingga bersandar. Mau ngapain lagi kan ya. Tapi tenang, colokan listrik ada di tiap tempat tidur. Jadi aman kalau mau bawa laptop dan nonton drama Korea.


Akhirnya sekitar 16.00 WITA, kami tiba di Pelabuhan Lembar. Wuih, rasanya gimana gitu ya udah nyampe. Yang mulai lelah perjalanan jadi semangat lagi. Perjalanan liburan baru dimulai, yeay. Aku bakal cerita perjalanannya di tulisan lain insyaallah.

Pelabuhan Lembar-Mataram


***

Waktunya Pulang

Pulangnya gimana, Vit? 

Mengingat perjalanan pergi dan mengunjungi satu tempat ke tempat lain yang cukup melelahkan, tadinya aku pengen pulang naik pesawat saja. Tapi mengingat ini perjalanan tim, aku pun naik kapal lagi.


Alih-alih ingin mencoba kapal yang lain, kami pun memesan tiket kapal Dharma Rucita VII. Awalnya jadwal ketika memesan itu, kapal berangkat pukul 15.00 WITA. Siangnya setelah beli oleh-oleh, kami cek lagi di website kapal tadi, berubah menjadi pukul 23.00 WITA. Sungguh membingungkan. 


Hari itu hari jumat, 11 Januari 2024. Penginapan harus sudah check out pukul 12.00 WITA. Sementara menunggu kapal hingga malam, kami bingung harus ngapain. Akhirnya aku menghubungi satu per satu temanku di sana. Alhamdulillah mereka bersedia ngasih tumpangan meluruskan kaki. Tapi karena teman satu tim ku hobi jalan dan belanja, jadilah kami masuk ke Mall Epicentrum. Di sana lah kami banyak menghabiskan waktu. Eh, tiba-tiba udah pukul 21.30 WITA. Harus segera ke Pelabuhan biar tidak tertinggal kapal. Gitu ih namanya masuk Mall. Suka lupa jam.

Tampak luar Mall Epicentrum Lombok


Naik kapal ini di Pelabuhan Gili Mas. Bukan di Pelabuhan Lembar. Di kapal Dharma Rucita VII ini mulai banyak drama.

Jarak Pelabuhan Lembar-Pelabuhan Gili Mas

Kami sempat salah pelabuhan karena dikira mas supirnya, kedua kapal ini pelabuhannya sama. Rupanya beda pelabuhan dan akhirnya kami mutar lagi deh.


Tiket yang kami pesan masih sama, ekonomi-tidur. Dari luar, menurutku fisik kapal ini jauh lebih cantik daripada KM Kirana VII. Tapi pas sampai di dalam, sepi. Katanya kapal ini baru operasi di rute Lombok-Surabaya. Suasananya beda dengan KM Kirana VII. 

Tampak luar


Menurutku, mushola di kapal ini jauh lebih bagus dan nyaman. Abis salat bisa lah tilawah dengan tenang. Musholla nya cantik, bersih dan ada AC. Hihih. Bisa buat tiduran 5 menit. Tapi kalo lebih dari 5 menit, ada CCTV yang memantau wkwk. Kalau di KM KIrana VII musholla nya enggak kayak gini. Lebih darurat. Tapi untuk kamar mandi dan tempat tidur, KM Kirana VII menurutku jauh lebih baik. Di Dharma Rucita VII ini, colokan listrik hanya disediakan di sudut seperti tempat colokan listrik di bandara. Kebayang lah kan untuk kita yang mageran, Tidak ada di dekat tempat tidur kita. Beda dengan KM Kirana VII.


Di kapal ini ombak nya lebih terasa sih. Aku gak tau apa faktor rendahnya landasan kapal apa gimana. Saking ingin memastikan, merenunglah pula aku di luar kapal. Iya, kayaknya lebih rendah jadi ombak lebih berasa. Trus, pinggiran kapal tidak ada sandaran. Ibarat mau terjun bebas dari kapal, peluang nya lebih besar di kapal ini. Lebih safety di KM Kirana VII sih ya.


Trus kita gak bisa naik ke bagian atas kapal. Jadilah melihat dari pinggir-pinggir ketika matahari terbit. Kurang seru lah. 


Kan kapal ini diperkirakan akan bersandar ke Pelabuhan Perak pukul 21.00 WIB. Tapi kemudian diumumkan akan bersandar pada pukul 23.00 WIB karena ramainya antrian kapal. Aku yang sudah bersiap turun, tidur lagi sampe malam. Eh, pas bangun di 23.00 WIB, kapal masih tidak bergerak. Sepanjang malam itu pun aku menunggu. Kapal baru bisa bersandar di pukul 02.00 WIB. Cepat-cepat turun, eh pintu kapal belum dibuka. Nunggu pula setengah jam di bawah. Diantara asap truk-truk besar yang juga gak mau kalah duluan sama pejalan kaki. Dengan ruangan tertutup dan apek itu aku bergumam, "gini kali ya allah yang naik kapal ini. Padahal tiket pesawat loh masih bisa terbeli." 


Hari ahad, 13 Januari 2024 pukul 02.30 WIB, pintu kapal dibuka. Kita ngacir keluar kapal sesegera mungkin. Soalnya aku terakhir mandi di hari jumat siang. Aku gak nyaman mandi di kapal itu. Cuman bebersih, cuci muka dan sikat gigi doang karena mau salat.


Keluar pelabuhan langsung jalan ke gapura. Di depan pos polisi kita baru bisa pesan ojol. Agak rempong juga mencari ojol di jam segitu. Akhirnya, udah naik ojol. Taraaa....lima menit masuk kos, azan subuh wilayah Surabaya.


Ya Allah, hectic banget berangkat di jumat, nyampe nya ahad. Sejauh ini, ini sih yang paling jauh. Selesai subuhan langsung nyuci pakaian kotor selama seminggu. Setelahnya lanjut keluar rumah karena kegiatan lain sudah menunggu.

***

Penting untuk Diperhatikan

Yang mungkin penting disiapkan : 

1. Koyo dan minyak-minyak. 

Jangan malas buat ngurusin tubuh selama perjalanan biar gak encok. Alhamduulilah nyampe di Surabaya aku tetap sehat. Tapi beberapa temanku sakit sampe seminggu. Shock mental kayaknya naik kapal. Pastikan pula jika memilih minyak jangan yang membuat orang lain ikut mual. Pilih minyak yang menyegarkan tubuh tapi bau nya tidak menyengat. Pentingnya untuk membawa peralatan mandi dan cuci muka.

2. Memastikan tiket pergi dan pulang jika naik kapal. 

Karena kapal beroperasi sekali tiga hari. Jadi harus sudah beli tiket pergi dan pulang kalo berangkat di musim liburan biar aman. Tapi kalau tidak di musim liburan seperti kami masih aman. Sesuaikan pula tipe kamar yang dipilih dengan ketersediaan dana. Sebaiknya ambil yang kamarnya agak bagus. Aku sih udah tobat ambil ekonomi tidur duduk.

3. Gak usah bawa koper apalagi banyak barang 

Tangga naik nya cukup bikin betis keram. Pake carrier aja ato ransel. Pastikan perjalanan panjang kamu tidak dibebani hal-hal berat selain membawa diri sendiri yang sudah berat. Heheh.










Foto Wisata Semester Pertama

Kemarin aku tertanggung harus berbagi pengalaman melalui PPG Prajabatan kepada beberapa orang. Mungkin ada baiknya aku menuliskannya di blog ini. Daripada aku lupa lagi harus menceritakannya. Seingatku, PPG Prajabatan itu dimulai pada tahun 2012 sepulangnya angkatan pertama SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar) tahun 2011. Dan aku sendiri dapat jatah PPG Prajabatan di Maret 2015.


Saat itu aku menjalani PPG Prajabatan selama 1 tahun berasrama. Iya, full berasrama. Dimana hidup di asramanya pun full ditanggung oleh pemerintah. PPG Prajabatan kami saat itu adalah satu paket dengan program SM3T itu tadi. Setelah mengabdi di pelosok Papua, kami kembali ke kota tujuan kampus yang dipilihkan oleh pemerintah sesuai dengan program studi masing-masing.


Syukurnya aku kembali ke program studi pendidikan kimia Universitas Riau. Asrama kami saat itu ada di jalan lobak, Simpang Ardath.

Bagaimana Seleksi PPG Prajabatan?

Tentunya ini beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ya. Jadi PPG Prajabatan itu ada waktu rekrutment nya. Biasanya untuk freshgraduate. Silakan cek sendiri di website nya ya. Kalau kami dulu itu PPG SM3T namanya. Kalau sekarang udah gak ada program SM3T ya. Dulu juga ada namanya PPG SMK Kolaboratif, PPG PGSD Berasrama, dan PPG Basic Sains. Kalau sekarang cek update nya di wesbite yang sudah aku kasih di atas. PPG ini sendiri adalah untuk profesi guru. Kalau dosen lain lagi sertifikasinya. Buat yang mau jadi guru, worth it banget untuk ikut PPG Prajabatan ini.

Bagaimana Kehidupan Berasrama?

Untuk kehidupan berasrama nya ada aturan. Juga ada kegiatan pengembangan diri lainnya yang harus diikuti dan diatur oleh pengelola asrama bersama pengurus kelurahan. Kelurahan ini adalah sejenis keorganisasian di dalamnya ada rt dan rw juga untuk mengatur penghuni asrama. Makan dan lainnya juga diatur di asrama. Termasuk bus yang menjemput kami pagi sekali menuju kampus dan kemudian mengantar pulang kembali ke asrama. Kami naik bus. Hehe. Di waktu libur ada study tour nya juga kok. Tenang. Uang saku juga cukup. Enaklah pokoknya tinggal serius belajar.

Bagaimana Pelaksanaan PPG Prajabatannya?

Untuk pelaksanaan PPG nya dulu kami terbagi menjadi dua semester. Dimana semester pertama itu kerjaan kami workshop dan bikin produk pembelajaran. Hari ini bikin produk (perangkat, media, dll) lalu hari esoknya microteacing. Rasanya kenyang banget sama yang namanya bikin produk dan tampil microteaching. Semester dua nya praktik pengajaran lapangan (PPL) di sekolah mitra yang sudah ditentukan oleh kampus.

Apa Saja yang Didapatkan Selama PPG Prajabatan?

Uang kuliah udah dibayarkan langsung ya sama pemerintah. Tinggal kuliah. Fasilitas gratis lainnya yang diperoleh adalah asrama, makan, bus, kegiatan-kegiatan pengembangan diri (Kursus Mahir Dasar Pramuka, Keagamaan, Olahraga rutin dan Penampilan Seni dan kreativitas). Selain itu, kami masih dapat uang saku bulanan. Duh, jujur aku lupa berapa nominalnya saat itu. Cuman ya lumayan banyak menurutku. Cukuplah meski kamu anak rantau beda provinsi.

Bagaimana Keberlanjutan setelah PPG Prajabatan itu?

Setelah PPG tentunya kamu berhak mendapat sertifikat pendidikan alias sudah sertifikasi. Sertifikat ini dapat diuangkan hehe. Maksudnya berisi nominal yang bisa diuangkan dengan syarat-syarat di lapangan yang harus dipenuhi. Apakah itu jaminan jadi PNS? Kalau seseorang yang sudah menerima serdik dijamin langsung PNS sih aku gak bisa bilang ya. Tergantung kondisi. Miniimal serdik milikmu itu sudah merupakan jalur kunci untuk selangkah lebih maju. Aku kasih contoh ya.

Kondisi 1. Kamu memiliki serdik. Lalu ikut seleksi CPNS. Tidak punya saingan. Otomatis kamu lulus CPNS.

Kondisi 2. Kamu memiliki serdik. Di formasi tujuan itu ada saingan. Jika saingan kamu tidak punya serdik, jelas kamu adalah pemenang. Namun, jika saingan kamu memiliki serdik, otomatis ada dua orang yang berhak. Balik lagi ke perangkingan nilai kamu deh.

Semoga menjawab ya pengalaman PPG ini. Jujur dulu aku gak begitu paham gunanya PPG apa. Waktu aku ikut SM3T juga aku gak ada kepikiran nanti bisa PPG dan PNS. Di pikiranku saat itu hanyalah main dan nambah pengalaman. Berpetualang melihat keindahan negeri ini secara gratis. Semangat ya buat kamu yang sedang atau akan PPG Prajabatan. Cerita lainnya tentang PPG Prajabatan ku bisa kalian baca di tagar PPG SM3T ya. 


Sekitar seminggu yang lalu, tepatnya di hari senin (22/5/23), aku dan teman-teman berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pendidik Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wilayah Kerja Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini adalah dalam rangka memenuhi proyek tugas akhir mata kuliah teknologi kinerja dan pengelolaan diklat (TKPD). Di kesempatan ini kami berbagi tentang pemanfaatan media pembelajaran berupa educandy, word wall, dll. Aku juga sempat berbagi sedikit tentang picture book

Dari kemarin aku pengen banget menuliskannya di blog ini. Tapi euh berbagi waktu dan pikirannya lumayan sulit. Hadeh, aku selalu banyak alasan ya. Tapi beneran. Tulisan kali ini sudah terniat begitu proyek akhir mata kuliah ini disusun. Mulai dari rapat awal hingga akhir. Dilanjutkan dengan pelaksanaan di lokasi sasaran.  Ada 6  MI yang ikut kegiatan ini dengan total 36 peserta. Termasuk di dalamnya kepala madrasah. Tempat dilaksanakannya kegiatan ini adalah MI Miftahul Ulum. Kepala Sekolahnya adalah Ibu Siti Nur Muzayatin. Beliau orangnya begitu ramah dan hangat. Aku sebagai orang baru di sini merasa tidak begitu berjarak. Toh juga karena sebenarnya aku sudah terbiasa turun berbagi pengalaman dan ilmu di Kelompok Kerja Guru (KKG) di daerahku. Jadi aku merasa antara ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan saat ini dan duniaku kerjaku sangat menyatu. Klop. Cocok. Pas. Apalagi ya kata yang sesuai untuk mengungkapkan keadaan ini? Hehe. Itu sebabnya aku selalu bersemangat masuk kelas mata kuliah ini. Menurutku ini sih the real of the real dunia kerja. Dan lagi aku bersyukur bisa lanjut kuliah S2 saat ini dimana aku sudah terjun cukup lama di dunia kerja.


Foto momen membagikan buku karyaku ke Ibu Siti Nur Muzayatin


Kembali ke kondisi di lapangan. Kami berangkat dari Surabaya menuju Mojoanyar itu sekitar pukul 06.23 WIB. Tiba di lokasi kegiatan sekitar 07.05 WIB. Tidak begitu lama karena hari masih pagi dan kami melewati tol. Supir kami saat itu adalah Mas Bryan, ketua kelas di S2 Teknologi Pendidikan Unesa angkatan 2022. Orangnya santai dan bisa diandalkan untuk minta bantuan. Peace.

Well, begitu sampai, kami pun beberes dan bersiap-siap. Saat itu, Koordinator Prodi S2 TP Unesa, Pak Andi Mariono hadir bersama Mem Iren, dosen pengampu mata kuliah ini. Di mata kuliah ini beliau mengajar bersama Pak Fajar. Sengaja nih aku tulis nama-nama siapa yang terlibat di dalam kegiatan ini. Buat kenang-kenangan mana tau nanti aku lupa. Eh terlupa karena waktu. Bukan sengaja melupakan.


Foto Pak Andi Mariono dan Mem Irene didampingin Mas Bryan


Sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Mbak Jihan dan Pak Bibiet. Mereka orang-orang hebat dalam bidangnya. Aku kebagian bicara dikit aja sebagai laporan ketua pelaksana di kelompok kami. Cius aku ngomong dikit aja. Takut kalo lama-lama nanti orang bosan. Penyakit paling nyata kalo udan pegang mic adalah lupa melepaskannya.


Foto aku lagi ngomong


Kegiatan berjalan dengan lancar dan baik dari awal hingga akhir. Peserta juga antusias. Hal-hal gini nih yang bikin kita semangat. Ada umpan balik. Ketika kita berbicara atau berbagi, yang mendengarkan juga memberikan respon positif. Ketika berbagi seperti ini, sesungguhnya kami sendiri sedang belajar. Belajar lebih banyak dari para pendengar tentang kondisi di lapangan yang mereka rasakan. Sebagai seorang guru, aku paham banget gimana rasanya. Ada masa dimana kita harus berbicara banyak dan maju ke medan tempur. Ada masanya kita cukup diam di tempat dan menyimak (gaya banget ini bahasaku yak).


Foto suasana kegiatan pelatihan


Yang tak kalah penting dalam suksesnya kegiatan ini adalah tim kelompok ini. Ada Mas Nanda yang udah bikinin video dokumentasi dengan apik dan membuatku senang. Ada Mbak Nana dan Indi yang repot bikin sertifikat dan twibon. Ada Avinda yang disibukkan sama MoA dan IA. Ada Syifa yang ambil kendali keadaan menjadi MC. Ada Bu Heni yang sibuk menghitung total iuran dan pengeluaran. Ada Mbak Ika, Pak Riko, Favian dan Mbak Dwi Kartika.

Harapan pribadiku setelah kegiatan ini, ilmu yang sudah dibagikan bisa dimanfaatkan dan jadi amal jariyah bagi kami. Bisa jadi tabungan pahala untuk masuk surganya Allah. Setidaknya kegiatan ini juga memberikan motivasi untuk terus bertumbuh. Manakala kami mulai malas dan lemah, kegiatan ini mengingatkan kami bahwa kami pernah berusaha sekeras ini. Lalu kami kembali bangkit dan berusaha lagi menyelesaikan apa-apa yang sudah kami mulai. Sekian catatan menjelang akhir bulan. Terimakasih kerjasamanya, teman-teman

 

Di kamar asramaku.

Surabaya, 30 Mei 2023


Foto full tim kelompok Mojokerto



Baca juga berita kegiatan ini di sini Pelatihan di Mojokerto bersama Mahasiswa S2 TP Unesa 2022 

Nonton video nya di Jendela Unesa menit 05.34