Tampilkan postingan dengan label Catatan Harian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Harian. Tampilkan semua postingan

Satu cita-citaku alhamdulillah terwujud di akhir tahun 2024 kemarin. Cita-cita itu adalah umroh. Cita-cita yang muncul di pikiran anak kecil usia sekolah dasar hari itu. Entah darimana asal datangnya cita-cita itu. Secara keluargaku bukan keluarga sangat religius atau keluarga pondokan. Sekolahku juga hanya di sebuah sekolah dasar negeri yang ada di desa. Anehnya setelah dewasa ini aku bersyukur punya cita-cita itu sejak kecil.


Bilamana tetangga, guru, atau sesiapa kudapati kabarnya akan berangkat umroh dan haji, aku akan bersegera mendatanginya dan meminta didoakan agar punya kesempatan pula untuk umroh dan haji. Di samping itu, tak lupa pula aku minta didoakan agar hidupku senantiasa Allah ridhoi. Ketika mengetik tulisan ini aku baru sadar, kok bisa ya waktu kecil dulu aku berpikiran seperti itu? Setelah dewasa baru perlahan kupelajari keistimewaan Madinah dan Mekkah.


Pengorbanan Harta

Meski telah lama memimpikan tanah suci, aku kerap dilanda perasaan bagaiamana cara mewujudkannya. Sampai akhirnya empat hari sebelum oktober beranjak, aku menelepon mama dan mengatakan bahwa libur akhir tahun umroh saja berdua. Tapi cari jadwal yang memang sudah libur di bulan desember dan tidak mengharuskanku mengurus cuti ke dinas - dalam artian aku libur sesuai waktu saja. Jika harus menambah libur dan berurusan dengan dinas, rasanya akan riweh sekali.


Mama dan papa mencarikan info travel, jadwal dan teknis pembayaran. Hari itu juga aku langsung transfer uang muka alias DP untuk keberangkatan. Bismillah. Uang muka sudah dibayar, insyaallah Allah sehatkan dan kami berangkat umroh. Itu saja doaku hari itu. Mama memastikan betul bahwa apakah aku punya uang dan cukup untuk biaya dan hal lain yang diperlukan semasa umroh. 


Saat itu kubilang gapapa. Uang tabunganku memang bisa dibilang pas-pasan. Setelah akhirnya melunasi biaya keberangkatan. saldo rekeningku saja tinggal beberapa ratus ribu (kondisi paling kritis selama aku kerja. Heeh. Tapi aku selalu percaya atas apa yang Allah beri. Nyatanya selama ini seluruh kebutuhan hidupku Allah cukupkan. Bahkan ketika umroh saja, uang yang pas-pas itu cukup untuk jajan cantik dan membelikan oleh-oleh untuk orang terdekat. Alhamdulillah.


Selama pengurusan administrasi, meski diurus jarak jauh, alhamdulillah tidak ada kendala. Aku memang sudah punya paspor, biaya sudah dibayar, keperluan surat vaksin juga sudah, hanya manasik umroh saja yang tidak kuikuti. Berhubung akhirnya keberangkatan kami putuskan lewat Pekanbaru, bukan Batam.


Jadilah ketika libur sekolah dimulai, aku segera pulang ke Pekanbaru. Dari Pulau Kundur ini aku naik speed boat Tenggiri Exspress seperti biasanya aku pulang ke rumah dari tempat tugasku. Perjalanan ditempuh selama lebih kurang empat hingga lima jam. Setibanya di Pelabuhan Mengkapan atau disebut juga Pelabuhan Tanjung Buton, Siak, aku lanjut naik travel selama lebih kurang empat jam juga. Sampai di rumah sekitar waktu ashar atau menjelang magrib. Tergantung banyaknya penumpang dan kemacetan jalanan.


Keberangkatan

Tiga hari berada di rumah, tibalah hari keberangkatan kami. Dari rumah menuju bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru hanya tiga puluh menit. Di bandara para jamaah juga berdatangan. Bandara hari itu rame sekali dengan orang seragaman, seragam travel. Bandara penuh dengan rombongan jamaah umroh. 


Aku duduk bersama rombongan dari travelku yang dari jauh sudah kutandai warna pakaian seragamnya. Mama duduk di sampingku. Sambil menunggu anggota lengkap dan pendamping rombongan kami, aku dan mama berkenalan dengan para jamaah lainnya. 


Ketika pendamping sudah hadir, kami dikumpulkan dan diberi arahan dari orang travelnya. Tak lama kemudian, kami masuk ke ruang tunggu. Papa dan adikku yang ikut mengantar, harus berpisah sementara denganku sampai di ruang tunggu luar. Sementara aku dan mama lanjut masuk ke pemeriksaan internasional. 


Di dalam kami menunggu lagi sekitar satu jam. Meski begitu, aku tak merasa jenuh karena wifi bandara dan colokan sangat oke. Begitu diumumkan pesawat yang akan membawa kami ke tanah suci sudah siap, kami pun berdiri dan terus masuk ke dalam pesawat. 


Ohiya, hari itu aku sedang berpuasa sunnah hari kamis. Sengaja aku tetap melanjutkan puasa dalam perjalanan ini karena ku ingin merasakan perjuangan berlelah-lelah puasa menuju tanah suci. Apakah aku sanggup? Hitung-hitung juga latihan jika kelak diberi kesempatan lagi umroh di bulan ramadan.


Pesawat kami djadwalkan akan transit di Singapura sekitar satu jam. Perjalanan dari Pekanbaru ke Singapura hari itu sekitar satu jam setengah. Setiba di Singapura, transit satu jam itu tidak terasa. Pasalnya berpindah dari satu gate ke gate lainnya, masuk waktu zuhur dan makan siang. Orang-orang pada makan siang dulu karena sudah dibekali sama travelnya. Aku cuman jagaain barang saja.

Trasnit di Singapura
Transit di Singapura

Di Singapura orang-orang langsung berebutan mengisi botol airnya dari keran-keran air yang disediakan oleh pihak bandara Singapura. Enaknya di bandara Singapura begitu, bisa ambil air sepuasnya dari keran-keran umum. Bukan hanya di bandara sih, di masjid dan fasilitas umum lainnya kita gak bakal kesusahan buat minum air putih.


Tak lama, kami dipanggil untuk masuk kembali ke dalam pesawat. Pesawatnya besar sekali. Yang kubayangkan saat itu adalah bagaimana menata diri untuk tetap nyaman selama perjalanan di atas sembilan jam ini. Pengalaman penerbangan terlamaku dulu pernah mencapai tujuh jam. Itu ketika aku berangkat dari Pekanbaru menuju Jayapura, Papua.


Pilot menyampaikan bahwa penerbangan menuju Jeddah akan segera dimulai. Pelan-pelan pesawat beranjak ke atas. Aku menikmati perjalanan dan pemandangan bangunan-bangunan Singapura menghilang tertutup awan. Aku komat kamit berdoa agar Allah berikan kami kesehatan dan kesempatan untuk tetap hidup. Mengingat ada banyak cerita perjalanan umroh yang aku dengar sebelumnya. Aku berdoa masih ingin umroh versi lengkap dengan keluargaku di waktu lain.

Penerbangan menuju Jeddah
Penerbangan menuju Jeddah

Tiba di Madinah

Kami tiba di bandara King Abdul Aziz, Jeddah pukul 21.30 WSA. Ketika mendengar suara pilot sebagaimana video reels instagram, hatiku melompat bahagia, berbunga-bunga. Akhirnya aku bisa mendengar sendiri kalimat pilot, "Selamat datang di bandara King Abdul Aziz, Jeddah." Aku sengaja mempersiapkan alat rekam agar bisa merekam suara pilot tersebut. Ini perjalanan mahal batinku. 


Setibanya di Jeddah, kami keluar melewati antrian panjang imgrasi, sampai akhirnya bertemu dengan akuarium raksasa yang menyambut para pengunjung. Sempat pula berfoto-foto sebentar sambil menunggu arahan pendamping rombongan dan sebagian lain ada yang ke toilet. Setelah itu kami menuju bus yang akan mengantarkan kami ke Madinah. Karena perjalanan Jeddah-Madinah juga masih jauh, akhirnya kami makan malam di dalam bus. 


Aku lupa perkara apa yang kami hadapi di rentang pukul 22.00-00.00 WSA itu hingga akhirnya pukul 00.00 WSA kami baru bisa jalan dari Jeddah menuju Madinah. Selama perjalanan kugunakan untuk tidur sejenak. Selama penerbangan, aku tidak tidur sama sekali sebab aku menunggu jadwal magrib agar bisa berbuka puasa. Lucunya hari itu, semua orang mengatakan aku sudah bisa berbuka, sementara langit di luar masih biru. Itu karena mereka cuman melihat jam mereka yang masih pengaturan Indonesia. Aku berpatokan jika langit mulai jingga dan kemudian gelap, itu baru aku bisa berbuka puasa dan melaksanakan salat magrib sekaligus jamak qashar.


Akhirnya kami tiba di Madinah sekitar dua puluh menit sebelum waktu subuh di sana. Dua puluh menit itu tak sempat apa-apa. Hanya mengantri ambil kunci kamar dan lalu memasukkan koper ke dalam kamar. Kami sempatkan berwudhu dan segera ke masjid. Itu saja kami sudah duduk di bagian terluar dengan suhu hari itu sepuluh derajat. Dingin sekali.


Masyaallah, pertama mendengar azan subuh di Masjid Nabawi hatiku bergetar. Sungguh, aku benaran berada di Madinah, tanah suci umat islam, kampung halaman nabi. Ada getar yang tak bisa kukatakan. Diantara ngiungan laron yang berterbangan, suara azan subuh itu sangat syadu. Ditambah pemandangan langit Madinah yang memang istimewa.

Masjid Nabawi
Di dalam Masjid Nabawi

Seusai salat subuh, mamaku dan rombongan lain mengajak balik ke kamar untuk istirahat. Ada jadwal rombongan yang harus diikuti. Sementara aku belum mau balik ke kamar meski tubuhku cukup lelah. Aku ingin melihat payung Masjid Nabawi terbuka. Aku ingin buat video. Maklumlah korban video reels instagram.


Benar saja, payung masjid terbuka sebelum pukul 07.00 WSA. Masyaallah indah sekali. Ditambah keindahan langit subuh itu yang beranjak naik. Setelah payung terbuka, waktu salat syuruq pun tiba. Aku sempatkan melakukannya dan setelah itu balik ke kamar. Benar saja, selama di Madinah, hanya subuh itu bisa melihat payung terbuka. Selebihnya payung sudah terbuka terus karena musim dingin telah dimulai.

Foto di bawah payung
Setelah payung terbuka

Bersambung ....






Sempena akhir kepengurusan kelurahan BPI Unesa 2.0, beberapa waktu lalu kami pergi mengunjungi Kota Blitar. Ya ceritanya ini refreshing bareng lah. Meski hari-hari refreshing juga. Cuman namanya momen pribadi dengan momen kebersamaan itu beda. Sekalipun kamu sudah pernah mengunjungi tempat atau kota tersebut. Dulu aku diajakin temanku naik kereta api pergi pagi dan balik sore hanya untuk mencoba gelato di sana. 


Kali ini dari Surabaya kita naik Hiace yang dipinjamkan oleh pihak kampus. Baik banget ya pihak kampus memberikan bantuan baik akademik dan non akademik. Total pengurus kelurahan lebih dari 20 orang. Yang pergi hanya sekitar 15 orang saja. Namun itu tidak mengurangi kecerahan hati meski suasana di luar mendung.


Sekitar pukul 07.00 WIB kita berangkat dari Surabaya menuju Blitar. Sekitar pukul 11.00 WIB kita tiba di lingkungan makam dan perpustakaan Bung Karno. Yup. Siapa yang tidak kenal beliau? Bapak Proklamator Indonesia dan presiden pertama Republik Indonesia.

Tugu Bung Karno di tulisan Kota Blitar


Berhubung itu hari ahad, tanggal 25 Februari 2024, hari libur dan tentunya ramai sekali pengunjung. Kita ikutan deh ziarah makam. Duduk sejenak mentafakuri alam kubur diantara peziarah lainnya. Sempat pula menabur bunga. Hikmah yang diperoleh adalah kematian itu sesuatu yang pasti bagi setiap yang bernyawa. Tak peduli dia seorang terkenal, pejabat dan punya posisi hebat, tak peduli pula dia hanya seorang rakyat jelata. Apakah kelak jika tiba ajalnya kita, banyak orang yang mendoakan dan menziarahi kita? Sebuah peer besar yang harus kita persiapkan sejak masih hidup di dunia.



Suasana ziarah makam Bung Karno


Setelah berziarah, kita keluar lewat pintu yang isinya penjual oleh-oleh. Sungguh menggiurkan. Sesekali tutup mata biar tidak kelewatan batas. Eh, pas lihat deretan baju dan rok, sungguh kutak mampu menahan diri. Aku turutin saja nafsuku untuk belanja. Tapi pake syarat dan ketentuan pada diri sendiri hehe. Biasanya kalau tidak diturutin keinginan pada pandangan pertama, aku suka nyesal di kemudian hari. Pun itu hanya untuk yang aku lihat di pandangan pertama. Belinya gak boleh mikir terlalu lama. Untuk pandangan kedua, ketiga dan selanjutnya, aku biasa bisa menahannya karena aku cukup antusias pada hal-hal yang berbau pandangan pertama (asik...asik...lebay).

Keramaian penjual di pintu keluar makam


Parahnya, aku baru sadar ketika keluar komplek ini. Aku sama sekali tidak masuk ke dalam bagian perpustakaannya. Sumpah nyesel. Sebagai fasilitator literasi baca tulis, rasanya ada yang kurang jika ke perpustakaan tapi tidak masuk ke dalamnya. Ampun ya, Allah. Padahal pertama aku udah masuk ke bagian dalam perpustakaan ketika baru tiba. Tapi karena rombongan, aku ya ikut rombongan. Ketika melakukan perjalanan rombongan gini, seluruh sistem tubuhku biasanya sudah pake alarm melupakan keinginan pribadi dan mengikuti rute rombongan. Pun, energi masih belum kembali setelah sakit beberapa hari, jadi aku kurang cheerfull. Ditambah malamnya aku masih flu berat.

Penampakan perpustakaan dari luar


Keluar dari komplek tersebut, kita pergi makan siang ke tempat yang sudah dipesan. Menu makanannya seperti kebanyakan makanan dan berhubung aku bukan vlogger makanan, kesanku ya standar lah ya. Karena makanan dimanapun, tetap masakan mamakku paling enak. Lidah orang Sumatra yang kaya bumbu dan cukup pedas itu membuatku menahan diri untuk tidak berkomentar lebih banyak ketika makan dimanapun. Semenjak sering merantau, aku punya prinsip tidak boleh berkomentar lebih jauh tentang makanan. Jika suka, ambil secukupnya dan makan. Habiskan dan jangan bersisa. Jika ketika dimakan tidak sesuai ekspektasi, makan saja. Kata kakekku,"Nanti nasinya menangis kalau tidak dihabiskan. Jangan sampai kau dihabisi di akhirat karena menyisakan makanan." Jika pengen menyicip semuanya, ambil sedikit-sedikit. Kau yang tau porsi lambungmu.



Makan sudah. Salat sudah. Saatnya melanjutkan perjalanan ke Kampung Cokelat. Belum lama tiba, hujan deras pun turun. Tapi kami masih bisa melihat pohon cokelat di sekitarnya, melihat produksi cokelat dan beli oleh-oleh olahan cokelat. Yang paling menarik sih bisa nyicipin cokelat secara gratis di dua tempat. Sengaja masuk buat nyicip gratis cokelat original nya. Auto meningkatkan hormon endorfin. Ketika membeli oleh-oleh cokelat, anehnya yang terpikir di otakku adalah cokelat-cokelat yang kubeli ini bisa jadi bahan tambahan untuk buat kue lebaran. Padahal sya'ban saja belum berakhir. Perempuan mah gitu ya. Udah nyicil bahan bikin kue lebaran, nyicil beli baju lebaran, nyicil beli ini itu dan tentunya tak lupa mempersiapkan anggaran sedekah ramadan biar hidupnya gak hedon banget. Biar uang beasiswanya gak habis cuman buat foya-foya.

Cokelat asli, bukan sekedar pajangan.

Kurang lengkap kalau tidak narsis.

Bentuk cokelat original yang bisa kamu cicip gratis.

Tempat produksi cokelat 

Salah satu outlet cokelat


Setelah asar, kami kembali menuju Surabaya. Makan malam di sebuah tempat makan di daerah Kediri. Aku gak usah sebut nama tempatnya ya. Yang jelas, aku familiar sama tempatnya. Tempat makan ini punya beberapa cabang. Aku pernah makan juga di cabang Situbondo kalo gak salah. Yang di sana view nya lebih bagus karena laut biru dan anginnya kencang banget. Over all, perjalanannya kasih rating berapa ya? Aku juga bingung sih. Coba lihat saja dari foto-foto yang ada. Nanti kamu saja yang kasih ratingnya yak. Trus rekomendasikan lagi tempat-tempat seru yang kudu didatangi.


Sekian dan siap terima LA BPI selanjutnya ya.

Kelurahan BPI Unesa 2.0 (minus banyak)





 





  


Berhubung di dalam sebuah grup sedang membahas perjalanan Surabaya ke Lombok, jadilah akhirnya draft tertanggal 19 Januari ini kubuka dan kuselesaikan. Hehe. Kadang niat menulis yang naik turun ini perlu suntikan motivasi lagi. Draft di blog ini bahkan banyak sekali. 

Kembali ke niat awal menulis catatan ini. Aku bersama teman-teman kelurahan BPI UNESA melakukan perjalanan wisata sekaligus edukasi dan motivasi lanjut kuliah bersama siswa-siswi di dua sekolah di Lombok dan Mataram. Aku sangat senang kali mendapatkan kesempatan ini seperti ini.


***

Perjalanan dimulai

Sekitar hari ahad, 07 Januari 2024 yang lalu, aku dan beberapa teman melakukan perjalanan kapal laut dari Surabaya ke Lombok. Tujuannya adalah liburan. Kemana saja? Di tulisan selanjutnya lah kalau aku kuat bakal aku ceritakan. Kita berangkat di tanggal tersebut dan tiba di Surabaya lagi tanggal 13 Januari 2024 hari ahad subuh. 


Nah, menurut jadwal kapal yang kalian bisa beli tiket dan jam berangkatnya di DLU Ferry, hari itu seharusnya kami berangkat pukul 16.00 WIB. Tapi akhirnya molor menjadi pukul 19.00 WIB. Kita berangkat dari Pelabuhan Roro Tanjung Perak menggunakan Kapal KM Kirana VII. Bukan di Pelabuhan Surabaya North Quay (SNQ) yang di sebelahnya ya.

Pemesana Tiket Online
Pesan tiket di sini


Waktu itu aku pesan tiketnya ekonomi-tidur mengingat ini perjalanan jauh. Mau ala backpaker murah meriah tapi gak mau capek. Harga tiket 180 ribu dan boarding 30 ribu jadi total 210 ribu per orang.



KM Kirana VII
Di Pelabuhuan Roro Perak

Berhubung ini bukan perjalanan pertamaku naik kapal dalam waktu yang lama, karena daerah tempat tinggalku juga akses laut, aku ngerasa okelah ya. Insyaallah aman mah klo buat aku. Masih pikiran positif gitu. Perginya masih senang-senang banget. Ombak juga pulang pergi aman. Ketika kapal meninggalkan Pelabuhan Perak, kita bakal melewati Jembatan Suramadu yang sensasi malam hari nya spesial menurutku. Alhamdulillah ya udah ngerasain waktu terang dan gelap di Suramadu lewat darat dan laut.

Jembatan Surabamadu
Suramadu malam hari

Kita semua teriak-teriak terpesona lihat keindahannya. Ini memang salah satu keindahan yang ditawarkan ketika naik kapal ya. Bahkan, pihak informasi tak segan-segan mengulang dari speakernya, "Sebentar lagi kita akan menyaksikan keindahan Suramadu. Salah satu objek wisata kebanggaan kita." Kita semua tepuk tangan sambil jepret-jepret keadaan. Mengabadikan lewat foto dan video. Belum lagi pemandangan kapal-kapal dengan lampu-lampu keren di sepanjang pelabuhan ini. Mengingatkanku pada keindahan perbatasan Singapore-Batam.


Masih baru naik kapal kan ya. Masih semangat menggebu-gebu. Malamnya kita duduk di bagian atas kapal yang terbuka. Menikmati angin malam sepanjang perjalanan sembari bercerita dengan teman. Kebetulan malam itu debat capres kedua, jadilah kita nonton bareng lewat youtube (masih ada sinnyal). Pas udah gak ada sinyal, kita masuk ke dalam dan menonton di televisi. Alhamdulillah televisi nya nyala 24 jam sebagai hiburan.

Sambil nonton live debat capres kedua


Oiya, sebelum berangkat, kita udah beli stok makanan dulu. Karena malam itu kita gak langsung dapat jatah makan dari kapal ya. Jatah makan baru diperoleh ketika sarapan pagi dan makan siang.


Itu pun dapat jatah makan pagi nya agak lama. Sejak subuh aku udah naik lagi ke bagian atas kapal menyaksikan sunrise yang masyaallah indahnya. Kalau buat salat nya, ada musholla kecil yang bisa digunakan bergantian ya. Kamar mandi nya juga banyak dan bersih. Aman buat kalian mandi-mandi.


Menyaksikan perubahan lengkap dari matahari belum muncul hingga muncul sempurna dengan cuaca cerah dan segar adalah sebuah pengalaman spiiritual bagiku. Alhamdulillah banget bagian ini nya. Hapeku sampe penuh buat merekam kenaikan matahari. Bagian ini pula kurasa aku udah kayak di kapal-kapal pesiar yang keren banget. Entah apa hubungannya gak tau. Efek suasana hati yang bahagia kayaknya melihat kebesaran Allah.

Sunrise
Sunrise


Ngopi dulu

Kafetaria KM Kirana VII


Aku ga turun ke bawah sejak matahari naik. Aku mau menikmati birunya laut. Aku cek di internet yang mulai ada, posisi kami pagi itu udah ada di sekitar daerah Buleleng, Bali. Aku pesan kopi di kafetaria. Rentang harga minuman dan makanan di kafetaria ya masih kisaran 15 ribuan. Malam nya aku juga sempat beli bakso. Kalau perjalanan begini, ongkos hemat tapi jajanku luar biasa. Pantang lapar dan harus jaga stamina.


Di bagian atas ini ada tempat bermain anak bagi yang membawa anak. Lumayan menghibur sih. Setidaknya angkutan umum ini mulai memperbaiki fasilitas dan memperhatikan kenyaman penumpang. Membuat ramah anak juga salah satu peer besar faslilitas umum di negeri kita ini.

Fasilitas bermain anak : Aku dan Luthfi


Lama kutunggu sarapan tak muncul-muncul. Aku terbiasa sarapan dari jam 06.00-07.00 WIB. Itu sarapan baru ada pukul 08.30 WIB. Lagi-lagi harus stok jajan yang banyak. Pelayan kapal akan mengantar makanan ke tempat masing-masing. Jadi gak perlu antri atau rebutan. Tinggal menunjukkan tiket kapal kamu.


Makanannya lumayan. Ada nasi+lauk+buah+puding+air mineral gelas. Bagi bapak-bapak itu akan sangat kurang banget karena bagiku sendiri itu juga kurang. Hahah. Soal rasa ya telan aja. Namanya juga makanan jatah. 


Dari pagi hingga ke siang dan sore hari semua berjalan apa adanya. Ya duduk lah menunggu di kapal hingga bersandar. Mau ngapain lagi kan ya. Tapi tenang, colokan listrik ada di tiap tempat tidur. Jadi aman kalau mau bawa laptop dan nonton drama Korea.


Akhirnya sekitar 16.00 WITA, kami tiba di Pelabuhan Lembar. Wuih, rasanya gimana gitu ya udah nyampe. Yang mulai lelah perjalanan jadi semangat lagi. Perjalanan liburan baru dimulai, yeay. Aku bakal cerita perjalanannya di tulisan lain insyaallah.

Pelabuhan Lembar-Mataram


***

Waktunya Pulang

Pulangnya gimana, Vit? 

Mengingat perjalanan pergi dan mengunjungi satu tempat ke tempat lain yang cukup melelahkan, tadinya aku pengen pulang naik pesawat saja. Tapi mengingat ini perjalanan tim, aku pun naik kapal lagi.


Alih-alih ingin mencoba kapal yang lain, kami pun memesan tiket kapal Dharma Rucita VII. Awalnya jadwal ketika memesan itu, kapal berangkat pukul 15.00 WITA. Siangnya setelah beli oleh-oleh, kami cek lagi di website kapal tadi, berubah menjadi pukul 23.00 WITA. Sungguh membingungkan. 


Hari itu hari jumat, 11 Januari 2024. Penginapan harus sudah check out pukul 12.00 WITA. Sementara menunggu kapal hingga malam, kami bingung harus ngapain. Akhirnya aku menghubungi satu per satu temanku di sana. Alhamdulillah mereka bersedia ngasih tumpangan meluruskan kaki. Tapi karena teman satu tim ku hobi jalan dan belanja, jadilah kami masuk ke Mall Epicentrum. Di sana lah kami banyak menghabiskan waktu. Eh, tiba-tiba udah pukul 21.30 WITA. Harus segera ke Pelabuhan biar tidak tertinggal kapal. Gitu ih namanya masuk Mall. Suka lupa jam.

Tampak luar Mall Epicentrum Lombok


Naik kapal ini di Pelabuhan Gili Mas. Bukan di Pelabuhan Lembar. Di kapal Dharma Rucita VII ini mulai banyak drama.

Jarak Pelabuhan Lembar-Pelabuhan Gili Mas

Kami sempat salah pelabuhan karena dikira mas supirnya, kedua kapal ini pelabuhannya sama. Rupanya beda pelabuhan dan akhirnya kami mutar lagi deh.


Tiket yang kami pesan masih sama, ekonomi-tidur. Dari luar, menurutku fisik kapal ini jauh lebih cantik daripada KM Kirana VII. Tapi pas sampai di dalam, sepi. Katanya kapal ini baru operasi di rute Lombok-Surabaya. Suasananya beda dengan KM Kirana VII. 

Tampak luar


Menurutku, mushola di kapal ini jauh lebih bagus dan nyaman. Abis salat bisa lah tilawah dengan tenang. Musholla nya cantik, bersih dan ada AC. Hihih. Bisa buat tiduran 5 menit. Tapi kalo lebih dari 5 menit, ada CCTV yang memantau wkwk. Kalau di KM KIrana VII musholla nya enggak kayak gini. Lebih darurat. Tapi untuk kamar mandi dan tempat tidur, KM Kirana VII menurutku jauh lebih baik. Di Dharma Rucita VII ini, colokan listrik hanya disediakan di sudut seperti tempat colokan listrik di bandara. Kebayang lah kan untuk kita yang mageran, Tidak ada di dekat tempat tidur kita. Beda dengan KM Kirana VII.


Di kapal ini ombak nya lebih terasa sih. Aku gak tau apa faktor rendahnya landasan kapal apa gimana. Saking ingin memastikan, merenunglah pula aku di luar kapal. Iya, kayaknya lebih rendah jadi ombak lebih berasa. Trus, pinggiran kapal tidak ada sandaran. Ibarat mau terjun bebas dari kapal, peluang nya lebih besar di kapal ini. Lebih safety di KM Kirana VII sih ya.


Trus kita gak bisa naik ke bagian atas kapal. Jadilah melihat dari pinggir-pinggir ketika matahari terbit. Kurang seru lah. 


Kan kapal ini diperkirakan akan bersandar ke Pelabuhan Perak pukul 21.00 WIB. Tapi kemudian diumumkan akan bersandar pada pukul 23.00 WIB karena ramainya antrian kapal. Aku yang sudah bersiap turun, tidur lagi sampe malam. Eh, pas bangun di 23.00 WIB, kapal masih tidak bergerak. Sepanjang malam itu pun aku menunggu. Kapal baru bisa bersandar di pukul 02.00 WIB. Cepat-cepat turun, eh pintu kapal belum dibuka. Nunggu pula setengah jam di bawah. Diantara asap truk-truk besar yang juga gak mau kalah duluan sama pejalan kaki. Dengan ruangan tertutup dan apek itu aku bergumam, "gini kali ya allah yang naik kapal ini. Padahal tiket pesawat loh masih bisa terbeli." 


Hari ahad, 13 Januari 2024 pukul 02.30 WIB, pintu kapal dibuka. Kita ngacir keluar kapal sesegera mungkin. Soalnya aku terakhir mandi di hari jumat siang. Aku gak nyaman mandi di kapal itu. Cuman bebersih, cuci muka dan sikat gigi doang karena mau salat.


Keluar pelabuhan langsung jalan ke gapura. Di depan pos polisi kita baru bisa pesan ojol. Agak rempong juga mencari ojol di jam segitu. Akhirnya, udah naik ojol. Taraaa....lima menit masuk kos, azan subuh wilayah Surabaya.


Ya Allah, hectic banget berangkat di jumat, nyampe nya ahad. Sejauh ini, ini sih yang paling jauh. Selesai subuhan langsung nyuci pakaian kotor selama seminggu. Setelahnya lanjut keluar rumah karena kegiatan lain sudah menunggu.

***

Penting untuk Diperhatikan

Yang mungkin penting disiapkan : 

1. Koyo dan minyak-minyak. 

Jangan malas buat ngurusin tubuh selama perjalanan biar gak encok. Alhamduulilah nyampe di Surabaya aku tetap sehat. Tapi beberapa temanku sakit sampe seminggu. Shock mental kayaknya naik kapal. Pastikan pula jika memilih minyak jangan yang membuat orang lain ikut mual. Pilih minyak yang menyegarkan tubuh tapi bau nya tidak menyengat. Pentingnya untuk membawa peralatan mandi dan cuci muka.

2. Memastikan tiket pergi dan pulang jika naik kapal. 

Karena kapal beroperasi sekali tiga hari. Jadi harus sudah beli tiket pergi dan pulang kalo berangkat di musim liburan biar aman. Tapi kalau tidak di musim liburan seperti kami masih aman. Sesuaikan pula tipe kamar yang dipilih dengan ketersediaan dana. Sebaiknya ambil yang kamarnya agak bagus. Aku sih udah tobat ambil ekonomi tidur duduk.

3. Gak usah bawa koper apalagi banyak barang 

Tangga naik nya cukup bikin betis keram. Pake carrier aja ato ransel. Pastikan perjalanan panjang kamu tidak dibebani hal-hal berat selain membawa diri sendiri yang sudah berat. Heheh.










Dalam percakapan siang ini dengan seorang senior, beliau menyampaikan nasihat untuk terus berbuat baik. Dalam percakapan tepatnya diskusi tadi kami sama sepakat bahwa kita bukanlah orang baik. Tetapi kewajiban kita setiap harinya adalah harus menjadi baik. Sedangkan menjadi baik saja, kita masih mendapati perlakuan tidak baik. Apatah jika kita tidak berbuat baik. Mungkin lebih banyak marabahaya yang datang dalam hidup kita.


Beliau mencontohkan suatu kisah dimana kesimpulannya adalah kita harus bisa membaca keadaan sekalipun itu perbuatan baik. Untuk menyampaikan sesuatu yang baik dan mencontohkan yang baik pun harus memahami kondisi psikologi si penerima. 


Aku pun jadi teringat sebuah kisah. Kusampaikan kepada beliau. Kini pun ingin kusampaikan kepada sesiapa yang membaca. 


Aku punya seorang teman. Kupikir kita bisa menjadi teman baik hingga di masa depan. Namun suatu hari, perasaanku terluka oleh kalimat dan perbuatannya.


"Keluargaku tidak seperti keluargamu, Vit. Aku juga tidak seperti dirimu." Saat itu aku terdiam. Maksud keluargaku dan aku itu yang bagaimana? Aku merasa selama ini pertemanan kami masih sewajarnya berteman. Apa yang diperlakukan oleh kedua orang tua ku dengan baik kepadaku dan itu diperlakukan baik kepadanya pun, ternyata adalah sesuatu yang salah di matanya. Dia lebih lanjut menjelaskan kecemburuannya kepadaku yang masih memiliki kedua orang tua dan sayang padaku.


Menurutku, perlakuan baik yang aku dan orang tuaku berikan kepadanya juga adalah sebuah bentuk kasih sayang kami kepadanya. Alami tanpa maksud apapun.


Saat itu aku mengira mungkin dia sedang rindu pada keluarganya yang jauh. Aku coba berpikiran positif. Ternyata setelah itu dia malah menjauh dariku. Aku ingat terakhir kali dia bilang bahwa dia tidak sepertiku yang tinggi dan langsing. Dia merasa insecure dengan tubuhnya yang pendek, gemuk dan pesek.


What???


Aku yang mendengarnya menjadi terheran. Selama ini kita tidak pernah membahas dan membandingkan kekurangan-kekurangan di dalam diri kita kecuali sifatnya untuk lebih baik. Yang kita bahas hanyalah fokus pada kelebihan diri dan bagaimana terus bertumbuh.


Fine. Sampai di situ aku tersadar. Tidak semua hal baik yang kita lakukan bernilai baik di mata penerima.


Suatu ketika aku juga mengalami hal lain. Bagaimana dalam sebuah tim aku coba merasionalisasikan sesuatu yang sesuai prosedur. Tapi dianggap ribet dan banyak aturan. Aku mempertanyakan apa gunanya sebuah tim jika kesepakatan tidak diambil di dalam forum.


Baru-baru ini, aku merasa sangat busuk hati. Setelah mendesak seorang leader untuk mengambil keputusan mendesak, beliau justu mengatakan aku terlalu ribut dan tergesa. Bahkan beliau mengatakan bahwa sudahlah aku terburu, pekerjaanku tidak beres. 


Sumpah, saat itu aku pengen nangis. Tapi bukan tabiatku menangis di depan umum. Sepanjang aku berusaha berprasangka baik terhadapnya, malam itu hancur sudah. Bisa-bisa nya beliau berkata begitu sementara selama ini aku merasa tidak kurang satu apapun dalam mengkomunikasikan sesuatu kepadanya. Setelah itu, sikapku kepadanya menjadi biasa.


Selalu aku tanamkan di dalam diri untuk tidak berekspektasi tinggi terhadap sesuatu. Meskipun itu sebuah kebaikan. Tapi aku jadi paham bahwa begitulah namanya berhadapan dengan manusia. Well, jangan tanya mengapa tiba-tiba aku berubah sikap. Dari yang cheerfull menjadi begitu pendiam. Bukan...aku bukan sedang marah padanya. Aku juga tidak menaruh benci padanya. Tapi aku sedang menata diri sendiri untuk terlihat baik-baik saja tanpa harus menyalahkan diri sendiri. Katanya, kita tidak bisa mengubah sikap seseorang untuk menjadi baik terhadap kita.. Tapi kita lah yang harus mengubah diri kita untuk senantiasa menjadi baik. Aku sedang berada di level itu.


Surabaya, 19 Januari 2024

Kebaikan dan Menjadi Baik

by on Januari 19, 2024
Dalam percakapan siang ini dengan seorang senior, beliau menyampaikan nasihat untuk terus berbuat baik. Dalam percakapan tepatnya diskusi ta...

 


If your dreams don’t scare you, they’re not big enough. You can feel it, deep within you. 

Belakangan agaknya kalimat ini jadi mantra dalam hidupku. Manakala merasa khawatir akan sesuatu. Patutkah hal itu lanjut diperjuangkan atau tidak. Ataukah hanya menjadi sampah dalam pikiran saja. Sementara pikiran selalu mengkerdilkan kapasitas diri. Kemudian mendaftar prioritas isi kepala. Sembari mengingat kembali permulaan. Aku hidup dengan mimpi-mimpiku. 

Dreams

by on Oktober 19, 2023
  If your dreams don’t scare you, they’re not big enough. You can feel it, deep within you.  Belakangan agaknya kalimat ini jadi mantra dala...

Hello, Agustus. Bangun tadi pagi aku membuka mata dengan airmata dan perasaan resah. Ini akibat sama teman sebelumnya. Obrolan kami ya kalau tidak seputar mutasi ya jodoh. Gak ada yang lain. Nah, kemarin itu kita hiruk pikuk karena mengetahui banyak teman yang sudah mutasi. 

"Akhir tahun semoga S2 ku insyaallah bisa selesai." Kataku.

"Pas lah itu, Kak. Akhir tahun aku mutasi." Katanya santai diiringi tawa.

Aku baper lah kan. Sekian tahun temanan dan nanti aku ditinggal sendirian? Dimana hari ini teman-teman yang lainnya sudah mutasi. Per hari ini saja dua orang sudah menerima SK mutasinya.

"Apa karena ini mendekati tahun politik? Apa ada hubungannya dengan penerimaan PPPK yang besar-besaran?" tanyaku lagi.

"Bisa jadi." Jawabnya begitu.

Perasaanku makin resah dan galau. Jika ada yang bilang, hadapi saja kenyataan hari ini. Tentu akan kuhadapi. Tapi, realistis nya manusia tetap butuh teman yang bisa diajak asik main, belajar dan bekerja. Hidup tidak tentang diri sendiri.

Lalu aku bagaimana? Tuntaskan saja segera sisa SKS-mu! Aku diam sembari menyaksikan story mereka yang sudah berhasil mutasi. Ah, ternyata sebaper itu benar aku juga ingin segera berkumpul sama keluarga di rumah. Udah merasa cukup sampai saat ini saja merantaunya. Semoga Allah ijabah takdir terbaik hidup kita.


Surabaya, 01 Agustus 2023


Mutasi oh mutasi

by on Agustus 01, 2023
Hello, Agustus. Bangun tadi pagi aku membuka mata dengan airmata dan perasaan resah. Ini akibat sama teman sebelumnya. Obrolan kami ya kalau...


Siapa sih yang gak pengen lanjut kuliah gratis dengan beasiswa? Kuliah dengan beasiswa tentunya akan meringankan pikiran dari beban biaya yang harus dikeluarkan setiap semesternya. Ditambah lagi biaya-biaya lainnya yang tak terduga.

Di hari terakhir bulan mei ini, aku ingin meninggalkan catatan kenangan di sini. Tentang Sosialisasi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) beberapa waktu lalu. Nampaknya aku mulai rajin ngeblog. Semoga tetap rajin sampai bile-bile. 

Pada hari jumat, 26 Mei 2023 yang lalu, telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek oleh Kelurahan BPI Unesa 2.0. Kegiatan ini tuh adalah salah satu program kerja Kelurahan BPI Unesa 2.0. Tepatnya di bawah naungan Divisi Akademik dan Beasiswa. Kebetulan aku adalah salah satu anggota divisi ini yang kemudian dalam kepanitiaan diamanahkan sebagai koordinator acara.

Foto diambil setelah semua peserta pulang


Tiap kali merencanakan dan melaksanakan kegiatan sosial dan pendidikan, aku senang sekali. Karena aku memang senang berorganisasi. Bagiku, berorganisasi itu adalah kebahagiaan. Kata temanku, bahagianya aku adalah berkegiatan dan melakukan banyak hal. Kadang-kadang aku terpana-pana juga sama kalimat temanku itu. Tapi ada benarnya. Memang begitu adanya. Justru kalau tidak berorganisasi, semacam ada yang hilang dari hidupku. Salah satu cara untuk menyalurkan 20 ribu kata nya perempuan. Hehe. Gak cuman itu sih. Berorganisasi itu adalah cara menyalurkan pikiran-pikiranku yang terus berputar. Ibarat mesin, pikiranku hanya berhenti ketika tidur. Lebay aku tuh. Berorganisasi juga sama hal nya dengan hiburan+liburan bagiku.

Di tulisan ini aku gak bakal cerita berapa banyak yang hadir dan bagaimana perencanaan program hingga terlaksananya. Karena itu sudah kutulis dalam bentuk rilis berita di sini.

Di sini aku pengen cerita bahwa aku senang sama acara kemarin. Di samping acara nya berlangsung sukses dan lancar, aku merasa kegiatan itu adalah hal yang penting. Teringat ketika setahun yang lalu aku galau mempersiapkan pendaftaran karena keadaan. Kalau aku ceritakan yang sejujurnya, orang gak peduli juga apa yang sudah aku alami selama prosesnya. Orang hanya tahu aku udah dapat beasiswa dan lanjut S2.

Sosialisasi itu menurutku penting karena itulah momen bagi para pencari beasiswa untuk bisa lebih kepo dan mendapat informasi lebih dalam. Secara yang diundang juga pengambil kebijakannya langsung yaitu Pak Anton Rachmadi, yang masyaallah humble banget. Baru datang aja beliau udah nyalami semua hadirin di ruangan itu hingga ke belakang. Padahal kan ya beliau baru aja nyampe ke Surabaya melalui penerbangan dari Jakarta sekitar pukul 06.00 WIB. Keinget pula perjalanan pagi ku dari Jakarta sekitar jam tersebut efek ketinggalan pesawat terakhir menuju Surabaya. Eh, ketinggalan pesawat itu bukan salahku. Salah maskapai dan akhirnya kami dapat ganti rugi setimpal sih.

Dulu ketika persiapan nyari kampus dan BPI, aku tuh ikutin semua zoom meeting yang tersebar. Kebayang kan gimana keblinger aku natapi layar dari hari ke hari. Mulai dari sosialisasi LPDP dan BPI. Kalo ada pertemuan gitu, tak lupa pula aku open mic buat bicara. Ya semacam sounding biar bisa masuk kampus tanpa perlu keluarkan biaya sepeserpun. Secara keluar dari pulau tempat tinggalku saja udah keluarkan uang berapa. Huhuh. Keinget pula waktu itu aku sama teman-teman sounding ke anggota DPRD Riau terkait penyelenggaraan GGD. Gaya banget aku tuh. Bersyukur banget selama di kampus sering ikut sounding, audiensi dan sejenisnya.

Nah, di momen ini aku kebagian ya memberikan testimoni tentang proses pendaftaran biar lancar dan sukses. Jadi aku cerita secara singkat yang menjadi kendala guru-guru untuk lanjut kuliah adalah SK Tubel (Tugas Belajar) bagi PNS. Ini emang hal prioritas yang harus diperhatikan detil bahkan sejak awal baru mau daftar kampus. Hal ini dilakukan dengan rapi supaya tidak terkendala jika nanti diterima kampus dan mendapat beasiswa.

Foto yang dikirimkan temanku yang nonton lewat zoom meeting

 
 
  Foto yang dikirimkan temanku dari dalam ruang acara

Aku orangnya ekstrovert. Jadi harap maklum jika suka ngomong dan ngomongnya berapi-api. Termasuk ketika menulis begini. Ditambah lagi bawaan lingkunganku itu kan suaranya keras. Lihat aja marga di belakang namaku. Udah bawaannya gitu. Hihih.

Alhamdulillah, barokallah. Aku bersyukur bisa dapat BPI. Terlebih paling utama aku bersyukur kuliahnya di usia segini. Sudah merasakan dunia kerja. Aku merasa kuliahku jauh lebih bermanfaat daripada dulu ketika selesai S1 langsung lanjut kuliah. Meski saat itu aku nangis bombay pas tidak mendapatkan BPPDN (Beasiswa PendidikanPascasarjana Dalam Negeri) yang diperuntukkan bagi calon dosen.

Nah gitu deh. Sekilas momen mengharukan bagiku. Aku hanya bisa mendoakan semoga teman-teman yang sedang berjuang mendapatkan BPI atau pun beasiswa apapun, atas izin Allah akan mendapatkannya. Jika sudah berusaha dan berdoa, ternyata tidak Allah kabulkan saat ini, berarti itu yang terbaik bagimu saat ini. Terus berusaha karena kita tak pernah tahu takdir mana yang baik bagi kita selain takdirnya Allah.


Surabaya, 31 Mei 2023 

*Di Gedung Pendidikan Luar Biasa UNESA (sambil menunggu Profesor untuk bimbingan proposal tesis). Doakan ya agar segera bisa nampil seminar.


 

 


Sekitar seminggu yang lalu, tepatnya di hari senin (22/5/23), aku dan teman-teman berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pendidik Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wilayah Kerja Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini adalah dalam rangka memenuhi proyek tugas akhir mata kuliah teknologi kinerja dan pengelolaan diklat (TKPD). Di kesempatan ini kami berbagi tentang pemanfaatan media pembelajaran berupa educandy, word wall, dll. Aku juga sempat berbagi sedikit tentang picture book

Dari kemarin aku pengen banget menuliskannya di blog ini. Tapi euh berbagi waktu dan pikirannya lumayan sulit. Hadeh, aku selalu banyak alasan ya. Tapi beneran. Tulisan kali ini sudah terniat begitu proyek akhir mata kuliah ini disusun. Mulai dari rapat awal hingga akhir. Dilanjutkan dengan pelaksanaan di lokasi sasaran.  Ada 6  MI yang ikut kegiatan ini dengan total 36 peserta. Termasuk di dalamnya kepala madrasah. Tempat dilaksanakannya kegiatan ini adalah MI Miftahul Ulum. Kepala Sekolahnya adalah Ibu Siti Nur Muzayatin. Beliau orangnya begitu ramah dan hangat. Aku sebagai orang baru di sini merasa tidak begitu berjarak. Toh juga karena sebenarnya aku sudah terbiasa turun berbagi pengalaman dan ilmu di Kelompok Kerja Guru (KKG) di daerahku. Jadi aku merasa antara ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan saat ini dan duniaku kerjaku sangat menyatu. Klop. Cocok. Pas. Apalagi ya kata yang sesuai untuk mengungkapkan keadaan ini? Hehe. Itu sebabnya aku selalu bersemangat masuk kelas mata kuliah ini. Menurutku ini sih the real of the real dunia kerja. Dan lagi aku bersyukur bisa lanjut kuliah S2 saat ini dimana aku sudah terjun cukup lama di dunia kerja.


Foto momen membagikan buku karyaku ke Ibu Siti Nur Muzayatin


Kembali ke kondisi di lapangan. Kami berangkat dari Surabaya menuju Mojoanyar itu sekitar pukul 06.23 WIB. Tiba di lokasi kegiatan sekitar 07.05 WIB. Tidak begitu lama karena hari masih pagi dan kami melewati tol. Supir kami saat itu adalah Mas Bryan, ketua kelas di S2 Teknologi Pendidikan Unesa angkatan 2022. Orangnya santai dan bisa diandalkan untuk minta bantuan. Peace.

Well, begitu sampai, kami pun beberes dan bersiap-siap. Saat itu, Koordinator Prodi S2 TP Unesa, Pak Andi Mariono hadir bersama Mem Iren, dosen pengampu mata kuliah ini. Di mata kuliah ini beliau mengajar bersama Pak Fajar. Sengaja nih aku tulis nama-nama siapa yang terlibat di dalam kegiatan ini. Buat kenang-kenangan mana tau nanti aku lupa. Eh terlupa karena waktu. Bukan sengaja melupakan.


Foto Pak Andi Mariono dan Mem Irene didampingin Mas Bryan


Sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Mbak Jihan dan Pak Bibiet. Mereka orang-orang hebat dalam bidangnya. Aku kebagian bicara dikit aja sebagai laporan ketua pelaksana di kelompok kami. Cius aku ngomong dikit aja. Takut kalo lama-lama nanti orang bosan. Penyakit paling nyata kalo udan pegang mic adalah lupa melepaskannya.


Foto aku lagi ngomong


Kegiatan berjalan dengan lancar dan baik dari awal hingga akhir. Peserta juga antusias. Hal-hal gini nih yang bikin kita semangat. Ada umpan balik. Ketika kita berbicara atau berbagi, yang mendengarkan juga memberikan respon positif. Ketika berbagi seperti ini, sesungguhnya kami sendiri sedang belajar. Belajar lebih banyak dari para pendengar tentang kondisi di lapangan yang mereka rasakan. Sebagai seorang guru, aku paham banget gimana rasanya. Ada masa dimana kita harus berbicara banyak dan maju ke medan tempur. Ada masanya kita cukup diam di tempat dan menyimak (gaya banget ini bahasaku yak).


Foto suasana kegiatan pelatihan


Yang tak kalah penting dalam suksesnya kegiatan ini adalah tim kelompok ini. Ada Mas Nanda yang udah bikinin video dokumentasi dengan apik dan membuatku senang. Ada Mbak Nana dan Indi yang repot bikin sertifikat dan twibon. Ada Avinda yang disibukkan sama MoA dan IA. Ada Syifa yang ambil kendali keadaan menjadi MC. Ada Bu Heni yang sibuk menghitung total iuran dan pengeluaran. Ada Mbak Ika, Pak Riko, Favian dan Mbak Dwi Kartika.

Harapan pribadiku setelah kegiatan ini, ilmu yang sudah dibagikan bisa dimanfaatkan dan jadi amal jariyah bagi kami. Bisa jadi tabungan pahala untuk masuk surganya Allah. Setidaknya kegiatan ini juga memberikan motivasi untuk terus bertumbuh. Manakala kami mulai malas dan lemah, kegiatan ini mengingatkan kami bahwa kami pernah berusaha sekeras ini. Lalu kami kembali bangkit dan berusaha lagi menyelesaikan apa-apa yang sudah kami mulai. Sekian catatan menjelang akhir bulan. Terimakasih kerjasamanya, teman-teman

 

Di kamar asramaku.

Surabaya, 30 Mei 2023


Foto full tim kelompok Mojokerto



Baca juga berita kegiatan ini di sini Pelatihan di Mojokerto bersama Mahasiswa S2 TP Unesa 2022 

Nonton video nya di Jendela Unesa menit 05.34